Di sepimu kemarin yang kau sembunyikan ibu. Pada jendela-jendela rumah yang selalu kau buka kala pagi. Ruang harapmu menanti kami, para anak-anakmu yang telah lama pergi. Bukan untuk dirimu, tapi untukku.
Entah sampai kapan, sunyi itu kau endapkan di punggungmu. Padahal bebannya bukan hanya tentang rindu. Suaranya pun kini mulai berderit. Seperti bunyi pintu tempatmu menunggu. Mungkin hatimu pun begitu.
Meskipun senyum selalu kau berikan pada kami anak-anakmu. Tapi tatapanmu tak bisa berdusta ibu, bahwa begitu banyak keresahan kau simpan di matamu.
Aku tahu, kehadiran kami yang sesaat itu. Tak pernah bisa menghapus gelisahmu. Sebab, cintamu teramat lapang untuk kami.
Lalu, seperti apa kami mampu membalas. Mungkin tak akan pernah, dan memang tak akan bisa. Karena kami hanyalah titik air, sedangkan dirimu adalah lautan.
Sinjai, 6 Juni 2020
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI