Kita adalah sepasang kekasih kala musim hujan menemui negriku. Setiap malam mengetuk pintu rumahku, mengingatkanku apa saja. Tentang lorong rumahku yang belum tersentuh aspal. Tentang pekerjaan anak-anakku setelah lulus nantinya. Tentang kondisi dompet istriku saat harga sembako melambung tinggi.Â
Dimana Pancasila disembunyikan?
Di teras rumah ini aku pernah begitu mencintaimu. Kala dua lekukan bibirmu begitu fasih mengucap janji. Tentang perihmu melihat harga jagung para petani. Tentang pedihmu pada perahu nelayan yang terbawa gelombang. Tentang sedihmu yang rubuh bersama gerobak pedagang kaki lima.Â
Kemana Pancasila dibawa lari?
Namun nyatanya, cintaku bertepuk sebelah tangan. Kasih tulusku kau khianati malam tadi. Tatkala kulihat dirimu di layar kaca, lagi terciduk KPK di sebuah apartemen mewah.Â
Lantas, apa arti Pancasila untukmu?
Sinjai, 31 Mei 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H