Mohon tunggu...
guntursamra
guntursamra Mohon Tunggu... Buruh - Abdi Masyarakat

Lahir di Bulukumba Sulawesi Selatan. Isteri : Samra. Anak : Fuad, Afifah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bersama Pagi yang Masih Enggan Ditinggalkan Embun, Kemarin

29 Mei 2020   22:36 Diperbarui: 29 Mei 2020   22:36 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : tribunnews.com

Aku berdiri di perempatan jalan ini, bersama pagi yang masih enggan ditinggalkan embun, kemarin. Tiba-tiba tatapanku terhenti pada perempuan separuh baya di seberang jalan. Menyeret langkah diantara lalu lalang kendaraan yang tak pernah perduli. 

Kedua lengannya yang kecil dan berpeluh, sibuk menarik gerobak di belakangnya. Isinya seorang bocah yang sedang tidur pulas di atas tumpukan kardus bekas yang terlipat tak beraturan.

Ada guratan di keningnya, berbaris empat lurus membujur. Sebuah tanda usia, buah perjuangan melawan hidup. Pada langkahnya yang tertatih, kulihat kepedihan yang bersembunyi di kedua kakinya.

Matanya yang bercampur debu, liar mencari kardus sisa di setiap tempat-tempat sampah yang dilewatinya. Dikumpulkannya tanpa jijik, tanpa malu, dan tanpa seribu ketakutan akan penyakit yang dapat menularinya.

Semuanya dilakukan demi hidupnya dan demi hidup bocahnya yang masih tertidur di situ, di atas gerobak tempat mimpinya melarung cita-cita.

Perempuan separuh baya itu kembali melangkah, terus berjalan bersama harapan. Entah, sampai kapan dia begitu? Tanyaku di sini, di perempatan jalan tempatku berdiri, bersama pagi yang telah ditinggalkan embun.

Sinjai, 29 Mei 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun