Mohon tunggu...
guntursamra
guntursamra Mohon Tunggu... Buruh - Abdi Masyarakat

Lahir di Bulukumba Sulawesi Selatan. Isteri : Samra. Anak : Fuad, Afifah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Terserah Kapan Waktunya Tiba

22 Mei 2020   00:11 Diperbarui: 22 Mei 2020   00:09 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : pixabay.com

Kita adalah bidak-bidak catur yang didenyutkan waktu. Berdiri dan bergerak pada ruang yang tak seberapa luas. Lalu langkah adalah perenungan panjang demi hidupnya sang Raja.

Kita adalah bidak-bidak catur yang tak mengenal kata mundur. Berdiri di garis paling depan dengan jumlah digit paling banyak. Menjadi tameng hari ini, menjadi tumbal di hari yang lain.

Jangan pernah tanyakan mengapa harus begitu kawan?, sebab demi strategi, bidak-bidak catur cuma punya dua pilihan dalam setiap pertarungan, berkorban atau dikorbankan.

Bidak-bidak catur hanyalah alat. Demi Raja, maka matinya adalah kewajaran, dan tanpa Raja, hidupnya adalah kekalahan.

Di kolong jembatan, di pinggiran kali, di tempat-tempat kumuh, di depan emperan-emparan toko. Bidak-bidak catur saling menatap sambil menunggu hari.

Terserah kapan waktunya tiba, diminta berkorban atau dikorbankan oleh penguasa.

Sinjai, 21 Mei 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun