Akan tiba suatu saat nanti, seperti hari ini. Kita saling berdiri mengantri pada deretan kepala yang disedak pulang. Masing-masing mencari kenangan diantara tumpukan-tumpukan haru yang mulai berdebu.
Kemudian air mata hanyalah rintik-rintik rintih yang tetesannya adalah sebuah penegasan akan apa dinamakan rindu. Pada ayah, pada ibu, pada rumah, pada semua yang pernah terlupa lalu teringat.
Andaikan keinginan bertemu dan bertamu adalah gemericik yang menggelinding pada helai-helai daun lalu jatuh memaknai bumi, maka aku akan meminta hujan untuk tetap deras sampai terlupa reda.
Sebab di sini, di antrian panjang pada deretan kepala yang disedak pulang, rindu telah dan terlanjur mengacak ingatan pada kepulangan yang tertunda.
Sinjai, 18 Mei 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H