Mohon tunggu...
guntursamra
guntursamra Mohon Tunggu... Buruh - Abdi Masyarakat

Lahir di Bulukumba Sulawesi Selatan. Isteri : Samra. Anak : Fuad, Afifah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Orang-Orang yang Bersembunyi

29 April 2020   23:04 Diperbarui: 29 April 2020   23:03 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : pinterpandai.com

Bulan yang sepotong, timbul tenggelam diusik awan. Gerah mendera waktu di matanya. Dirayunya paras malam yang telah lama melupa senyum dengan riuh puisi rindu yang lapuk kehilangan pujangga. 

Lalu, bait-bait tertulis di kepala orang-orang yang bersembunyi, yang dilehernya berkalung petuah-petuah kecemasan dan kaki-kakinya terikat nasehat-nasehat kegelisahan.

Simalakama telah dimakannya dari piring-piring yang mulai retak. Entah kemana hidupnya sepotong hari ke depan, sebab sepotongnya lagi telah menguap bersama ketidakjelasan.

Sungguh, orang-orang yang bersembunyi di bawah tatapan bulan yang sepotong itu. Kini, tertidur lusuh tanpa mimpi. Di sampingnya, masih tergeletak berhamburan, piring-piring yang telah retak.

Sinjai, 29 April 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun