Maaf, aku hanya luka yang berusaha sembuh dari kecemasan. Tak usah dulu membatasiku dengan berbagai aturan, sebab kudengar dirimu pun masih melanggarnya.
Maklumi saja kesengajaanku. Sebab piringku bisa pecah bila kuindahkan. Aku pasti tetap tutup hidung dan mulutku. Jarak pun kan kujaga sejauh yang kumampu.Â
Maaf, aku hanya duka yang berusaha kuat dari kekhawatiran. Tak perlu membebaniku dengan angka-angka dan data-data, karena kulihat dirimu pun masih senang keramaian.
Pahami saja kekerdilanku. Karena ususku bisa bermasalah bila tak dapat jatah. Aku pasti tetap bersihkan tangan dan kakiku. Rumah pun kan kututup serapat yang kubisa.
Ini bukan soal aku tak peduli. Pun bukan tak mengerti keadaan. Ini tentang hidup anak isteri, yang mesti kujamin dunia akhirat.
Maaf, aku hanya keterpaksaan.
Sinjai, 19 April 2020.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H