Aku yang kemarin menyuguhimu senyum, diantara hujan yang melupakan reda. Kau mendekatiku, kemudian bertanya padaku, "kapan matahari kembali mengejar sinarnya". Mungkin dirimu telah letih menunggu cahaya. Lalu menyalahkan matahari yang terus sembunyi.
"Tak perlu ragu menantinya", jawabku. Ia pasti hadir di saat yang tepat, sebab bukan hanya kau yang berharap teriknya. Lihatlah rantin di pohon sana, tak pernah lelah menggenggam daun, seperti itulah matahari.
Bukankah matahari seumur Adam. Pasti ia lebih mengenal alam. Jangan pula kau menduganya pelit. Ia hanya membagi pendarnya di belahan yang lain.
Tunggulah binarnya. Kalaupun tidak hari ini, pasti esok dia kan hadir tepati janjinya. Karena matahari hanya ingin memberi dan tak pernah tau rasanya menerima.
Sinjai, 13 Juni 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H