Pada puisimu yang ringkas ini, aku hadir disitu. Menjumpai dan mengenalmu pada rangkaian aksara luka. Lalu kutanyakan tentang arti dedaunan yang jatuh menjuntai dari dahannya tanpa makna. Adakah laramu mengalahkan itu?
Pada diksi puisimu yang lain aku bertamu. Mengeja satu persatu makna baitmu. Tak ada alasan untukku kau berikan, tentang sepimu pada malam, pada gelap dan larut, selain bencimu pada keramaian. Lalu apa makna bintang dan rembulan untukmu?
Mungkin tak bijak selalu sembunyikan rupa, pada resah dan air mata. Bukankah cinta lahir tak mesti memiliki?Â
Andaikan puisimu tak kau ringkas, tak mungkin dedaunan jatuh menjuntai tanpa makna.
Sinjai, 3 April 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H