Gambaran Umum
Berbicara mengenai Indonesia maka kita tidak bisa lepas berbicara tentang sektor pertanian, sebab negara dengan jumlah penduduk mencapai kurang lebih 260 juta jiwa ini adalah negara subur dengan sumber daya alam melimpah, maka tidak mengherankan apabila sampai saat ini identitas negara kita adalah negara agragis.
Dengan menyandang nama tersebut, sektor pertanian adalah sektor yang sangat diharapkan mampu merawat labelisasi dunia terhadap negara kita, ditambah lagi pertanian adalah sektor yang tidak bisa tergantikan.Â
Negara tanpa sistem pertanian yang baik, maka bisa dipastikan akan selalu tergantung kepada negara lain. Swasembada untuk mengamankan kedaulatan pangan adalah harga mati dan hampir semua pihak yang terkait bersepakat bahwa kuncinya adalah menjaga eksistensi kaum tani di masa depan.
Capaian Sektor Pertanian
Dengan berbagai keberhasilan pada sektor pertanian dalam kurung waktu empat tahun terakhir ini, ada beberapa point yang harus kita akui sebagai suatu terobosan yang terstruktur dan berani menuju Pertanian Indonesia Maju yang telah dilakukan oleh Kementan, antara lain tentang deregulasi yang dilakukan dengan mencabut 219 Permentan yang menghambat investasi.Â
Terobosan ini membuat nilai investasi pada sektor ini mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2015 nilai investasi masih Rp 43 triliun meningkat menjadi Rp 61,6 triliun pada tahun 2018.
Belum lagi mengenai gebrakan pemberantasan mafia pangan dengan bekerjasama dengan pihak berwenang, dimana ditemukan ada 782 kasus mafia pangan dengan 409 orang telah ditetapkan sebagai tersangka serta 21 perusahaan pangan di black list. Sebenarnya bukan jumlah tersangka serta perusahaan yang di black list yang perlu diapresiasi dalam hal ini, akan tetapi keberanian dan niat Kementan dalam mengungkap kasus ini yang perlu diacungkan jempol.Â
Hal inilah yang membuat salah satu penyebab negara kita bisa dengan leluasa mengekspor komoditas unggulan pada sektor pertanian, dimana tercatat ekspor komoditas pertanian pada tahun 2018 melejit menjadi 29,7 %. Belum lagi mengenai inflasi bahan makanan/pangan juga mengalami penurunan menjadi 1,26% pada tahun 2017.
Hal lain yang telah dilakukan adalah efisiensi, transparansi dan akutabilitas kerja semakin diperkuat, ini terlihat dari keberhasilan Kementan memperoleh WTP dan merupakan pertama kalinya dalam sejarah, ditambah lagi dengan pengakuan dari KPK tentang revolusi mental reformasi birokrasi berupa penghargaan anti gratifikasi.
Tantangan yang DihadapiÂ
Tidak ada keberhasilan tanpa kerja keras. Istilah ini bukan tanpa sebab, beberapa catatan pencapaian Kementan yang telah disebutkan di atas pasti memiliki banyak tantangan dalam meraihnya, apalagi berbicara tentang tantangan ke depan. Hal yang tidak boleh dianggap remeh dan wajib segera dilakukan adalah meregenarasi petani, sebab jika tidak dipersiapkan dari sekarang, maka jangan harap capaian yang telah diraih hari ini bisa berkelanjutan.
Berdasarkan informasi dari BPS, Â pada tahun 2013 menunjukkan jumlah penduduk yang berprofesi sebagai petani adalah 39,22 juta jiwa, tahun 2014 menurun menjadi 38,97 juta jiwa, dan pada tahun 2015 kembali turun menjadi 37,75 jta jiwa, dan ironisnya, dari jumlah tersebut, hampir 62% petani ada pada kelompok umur 50 tahun ke atas, 12% saja usia petani ada pada kelompok umur produktif, yaitu kurang dari 35 tahun, sedangkan sisanya 26% adalah petani dengan usia antara 35 -- 45 Tahun.
Data di atas memberikan semacam alarm bagi kita semua utamanya pihak terkait agar segera berbenah untuk menemukan cara menyelesaikan persoalan ini, sebab dengan berkurangnya jumlah petani serta kurangnya minat generasi muda di bidang pertanian akan berdampak pada menurunnya ketersediaan pangan di masa yang akan datang, dan itu sama saja berarti secara tidak langsung kita menyiapkan diri untuk kembali terjajah oleh bangsa lain, karena dengan keadaan demikian pastilah ketergantungan dengan bangsa luar semakin besar.