Mohon tunggu...
guntursamra
guntursamra Mohon Tunggu... Buruh - Abdi Masyarakat

Lahir di Bulukumba Sulawesi Selatan. Isteri : Samra. Anak : Fuad, Afifah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pasrah

21 Januari 2019   08:07 Diperbarui: 21 Januari 2019   08:12 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : brilio.net

Aku bisa apa..?

Saat debat merambat lambat, disesaknya teriak berdetak serak. Lakumu bernyanyi janji menari puji di panggungmu. Tidakkah kau lihat sesepuh mengeluh riuh di matamu?

Diselingi lekuk mereguk tepuk, kudapati debar menyebar hambar tatkala pinta bertinta cinta yang kuhunus, kau sarungkan kembali ke dadaku. Tidakkah kau dengar kaum papa menyapa hampa di telingamu?

Digenangi tangis meringis histeris, kutemukan bait berderit jerit. Saat bedebah menyembah serapah menyuap diam-diam di bajumu. Tidakkah kau hirup bau surga bertelaga duga di penciumanmu?

Kemudian kau biarkan tatap menyantap ratap di pojok sana, pada anak tak berayah dan beribu itu. Dijarinya mengalun melodi parodi sudi, dari subuh bersetebuh debu hingga malam mencengkeram kelam. Tidakkah kau coba meraba iba di hatimu?

Dan tak kau hiraukan anak perempuanmu yang terbuai rayu melayu sayu, demi real tinggalkan anaknya lalu terbunuh di tiang gantungan. Tidakkah resahmu berpeka pilu menghalau malu?

sebab indera tersandera dera berdarah bara

Aku bisa apa..?

Sinjai, 21 Januari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun