Bandarlampung, kota yang menjadi rumah bagi lebih dari satu juta jiwa, kini menghadapi tantangan besar di tengah pesatnya pembangunan. Dari alih fungsi lahan hijau menjadi kawasan beton hingga ancaman banjir dan kemacetan lalu lintas yang semakin parah, tanda-tanda bahwa kota ini membutuhkan perubahan arah pembangunan semakin nyata.
Sebagai generasi muda, kita memiliki tanggung jawab moral untuk memastikan bahwa pembangunan kota ini tidak hanya mementingkan kebutuhan saat ini, tetapi juga keberlangsungan hidup generasi mendatang. Di sinilah pentingnya memilih pemimpin yang berkomitmen pada pembangunan berkelanjutan---prinsip pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan sumber daya masa depan.
Bandarlampung, seperti kota-kota lain di Indonesia, tengah mengalami tekanan lingkungan yang signifikan. Data menunjukkan bahwa tutupan hutan di Provinsi Lampung berkurang hingga 19,6% dalam satu dekade terakhir. Sementara itu, persoalan sampah kota terus memburuk dengan produksi sampah harian mencapai 650 ton, di mana hanya 70% yang berhasil dikelola.
Selain itu, kemacetan kini menjadi masalah yang semakin menghantui warga Bandarlampung. Pertumbuhan jumlah kendaraan pribadi tidak diimbangi dengan infrastruktur jalan yang memadai dan minimnya alternatif transportasi umum. Pada jam-jam sibuk, ruas jalan utama seperti Jalan Raden Intan, Jalan Z.A. Pagar Alam, hingga Jalan Teuku Umar sering kali berubah menjadi titik macet parah.
Banjir menjadi ancaman lain yang kerap melumpuhkan lalu lintas kota. Pada tahun 2023, lebih dari lima kali banjir besar melanda Bandarlampung, memperburuk situasi kemacetan karena banyak jalan tergenang air. Sebagai pemuda, kita tidak boleh tinggal diam. Ancaman ini akan terus membayangi kita jika pembangunan kota dikelola tanpa prinsip keberlanjutan.
Pemimpin daerah memegang peranan penting dalam menentukan arah pembangunan kota. Dengan kewenangan yang mereka miliki, mulai dari menetapkan anggaran, menyusun kebijakan tata ruang, hingga mengawasi implementasi program lingkungan dan transportasi, pemimpin daerah dapat menentukan apakah sebuah kota berjalan ke arah kemajuan atau justru menuju kehancuran.
Karena itu, visi, kompetensi, dan rekam jejak para calon pemimpin menjadi kunci penilaian bagi kita. Calon pemimpin yang memahami isu keberlanjutan harus memiliki:
- Visi Jelas: Program yang dirancang tidak hanya bersifat populis atau jangka pendek, tetapi juga berorientasi pada masa depan.
- Kompetensi dalam Pengelolaan: Kemampuan untuk mengelola sumber daya dengan baik, menyelesaikan masalah lingkungan dan kemacetan, serta memprioritaskan kebijakan publik yang inklusif.
- Rekam Jejak yang Terbukti: Pengalaman dan hasil kerja nyata yang menunjukkan komitmen pada keberlanjutan, baik di bidang lingkungan, transportasi, maupun sosial.
Pilihan politik yang kita buat hari ini akan menentukan wajah Bandarlampung di masa depan. Pemimpin yang hanya mengejar proyek mercusuar tanpa mempertimbangkan dampak lingkungan akan meninggalkan beban berat bagi kita. Sebaliknya, kita memerlukan pemimpin dengan visi yang jelas:
- Pengembangan Transportasi Publik: Penyediaan transportasi massal yang terintegrasi dan ramah lingkungan, seperti bus kota berbasis listrik, akan menjadi solusi penting untuk mengurangi kemacetan dan polusi udara.
- Manajemen Infrastruktur Jalan: Perbaikan tata kelola jalan dan pengaturan lalu lintas yang berbasis data untuk mengurai titik-titik kemacetan.
- Peningkatan Ruang Terbuka Hijau: Menambah taman kota dan jalur hijau di tengah kota dapat mengurangi suhu panas akibat kendaraan dan meningkatkan kualitas hidup warga.