Budaya, budaya selalu bersangkutan dengan akal dan cara hidup seseorang yang selalu berubah dan berkembang dari waktu ke waktu. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama, politik, adat-istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Seperti bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbeda-bedaannya, maka kita harus mengerti terhadap orang itu, karena dia membuktikan kepada kita bahwa budaya itu dipelajari dan bukan hanya dinilai.
Dalam hal ini, Prof. Dr. Koentjoronigrat mendefinisikan bahwa kebudayaan sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Pengertian paling tua atas kebudayaan dikemukakan oleh Edward Burnett Tylor dalam karyanya berjudul Primitive Culture bahwa kebudayaan adalah kompleks dari seluruh pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, adat-istiadat dan setiap kemampuan lain dan kebiasaan yang dimiliki oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Atau seperti kata Hebding dan Glick (1992) bahwa kebudayaan dapat dilihat secara material maupun non material. Kebudayaan material tampil dalam objek material yang dihasilkan, kemudian digunakan manusia. Misalnya: dari alat-alat yang paling sederhana seperti aksesoris perhiasan tangan, leher, telinga, alat rumah tangga, pakaian, sistem computer, desain arsitektur, dan mesin otomotif. Sebaliknya budaya non material adalah unsur-unsur yang dimaksudkan dalam konsep norma-norma. Nilai-nilai, kepercayaan/keyakinan, serta bahasa.
Kehidupan kita selalu ditandai oleh norma sebagai aturan sosial untuk mematok perilaku manusia yang berkaitan dengan kelakuan bertingkah laku, tingkahlaku rata-rata atau tingkah laku yang diabstraksikan. Norma ideal sagnat penting untuk menjelaskan  dan memahami tingkah laku tertentu.
Unsur terpenting kebudayaan berikutnya adalah kepercayaan/keyakinan yang merupakan konsep manusia tentang segala sesuatu di sekelilingnya. Jadi kepercayaan/keyakinan itu menyangkut gagasan manusia tentang individu, orang lain, serta semua aspek yang berkaitan dengan biologi, fisik, sosial, dan dunia supranatural. Kepercayaan adalah gejala yang bersifat intelektual terhadap kenyataan dari sesuatu atau ke-benaran suatu pendapat. Unsur terakhir dari kebudayaan adalah bahasa, yakni sistem kode dan symbol baik verbal maupun non verbal, demi keperluan komunikasi manusia yang dibangunnya.
Bagi banyak orang, kebudayaan adalah akumulasi dari keselurahan kepercayaan dan keyakinan, norma-norma, kegiatan, instituisi, maupun pola-pola komunikasi dari sekelompok orang. Kebudayan juga mengajarkan kita untuk menghasilkan, meilih dan menjadi saluran informasi. Jadi sebenarnya tidak ada komunitas tanpa kebudayaan atau tanoa masyarakat, dan juga tidak akan ada masyarakat tanpa pembagian kerja atau masyarakat dan kebudayaan tanpa komunikasi. Ini menjelaskan bahwa setiap individu ada didalam masyarakat dan setiap masyarakat memiliki kebudayaan. Kehiduoan dan dinamika sebuah masyarakat serta kebudayaan ditentukan oleh komunikasi antara anggota masyarakat dan anggota budaya.
Ada 2 hakikat komunikasi yaitu Enkulturasi dan Akulturasi:
Enkulturasi mengacu pada proses dengan mana kultur (budaya) yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kita mempelajari kultur, bukan mewarisinya. Kultur ditransmisikan melalui proses belajar, bukan melalui gen. orang tua, kelompok, teman, sekolah, lembaga keagamaan. Dan Akulturasi mengacu pada proses dimana kultur seseorang dimodifikasi melauli kontak atau pemaparan langsung dengan kultur lain.
Fungsi komunikasi antarbudaya secara pribadi adalah fungsi-fungsi komunikasi yang ditunjukkan melalui perilaku komunikasi yang bersumber dari seorang individu. Dan secara sosial yaitu pengawasan antara komunikator dan komunikan yang berbeda kebudayaan berfungsi saling mengawasi.
Dalam Komunikasi antarabudaya terdapat perbedaan dalam cara berkomunikasi antara orang yang satu dengan yang lainnya. Misalnya, perbedaan ketika berkomunikasi dengan teman tentu akan berbeda ketika berkomunikasi dengan orang yang lebih tua dari kita atau lebih muda. Hal inilah yang dinamakan dengan konteks dalam komunikasi. Perbedaan cara berkomunikasi itu adalah hal yang sangat wajar dikarenakan situasi psikologis dan sosial. Walaupun terdapat, disinilah kita mempelajari budaya orang lain agar kita dapat berkomunikasi dengan baik.
Terdapat 3 pandangan dalam kebudayaan, antara lain: