Mohon tunggu...
Guntur Halim
Guntur Halim Mohon Tunggu... -

Alumni UPI Bandung, bekerja di salah satu Perusahan Swasta di Bandung yang senang dengan dunia Pendidikan dan Teknologi Informasi

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Jalan Pagi; Sehat dan Menambah Wawasan

3 Januari 2012   03:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:24 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sabtu pagi selalu menjadi sabtu ceria bagi kami sekeluarga, pasalnya hari itu merupakan hari libur untuk saya dan istri dari rutinitas kegiatan kantor yang melelahkan, juga hari  libur untuk kedua anakku yang sekolah di SD dan TK kebetulan menerapkan sistem 5 hari sekolah. Sabtu pagi yang ceria karena kami selalu bersama menikmati keindahan alam sambil berjalan kaki mengitari komplek, bersenda gurau, menyapa tetangga, mengamati hewan dan tumbuhan yang kami temui sepanjang perjalanan kami. Pagi ini kami memulai perjalanan dengan mempersiapkan diri menggunakan pakaian olahraga dan bekal air minum secukupnya. Berangkat pada pukul 6.30 dengan sedikit peregangan dulu dihalaman sebelum perjalanan di mulai.  Setelah cukup hangat kami pun mulai berjalan kaki, tak jauh dari sana di sebuah persimpangan kami bertemu dan menyapa Neng Kekey teman bermain anakku yang berumur 3 tahun sedang bermain bersama ibunya. Setelah itu dijalan yang menanjak saya mengajak anak-anak mencoba berjalan mundur. Anak-anak bertanya "Ayah kenapa kita harus berjalan mundur?", sebenarnya saya tidak mempunyai jawaban ilmiah untuk hal ini. Buat saya sesederhana apapun pertanyaan anak-anak akan selalu kujawab dengan alasan yang ilmiah, ya.. kalaupun tidak, akan selalu ada jawaban bernada gurauan namun tetap logis. Jadi saya jawab "Begini sayang, kalau kita berjalan maju dan menanjak akan terasa jauh perjalanan kita, tapi kalau sambil mundur(membelakang) tak terasa kita tau-tau udah sampai aja. Terus kan matahari ada di belakang kita sehingga akan menghangatkan punggung kita sementara kita berjalan mundur", "Oh gitu ya.." kata mereka sambil mengangguk-anguk. [caption id="attachment_153474" align="aligncenter" width="300" caption="berjalan mundur"][/caption]

Dipersimpangan anak-anak diminta untuk menentukan jalan mana yang akan di ambil, "Ayo kita ambil suara terbanyak, pilih satu jalan, belok kanan atau ke kiri?", "Kok suara bisa diambil sih yah? Aaaaa.., tuh kan susah yah!" seru anakku yang kedua. "Maksudnya, kita menentukan siapa yang milih paling banyak, gitu ade..!" langsung dijawab oleh kakaknya. Saya hanya tersenyum melihat tingkah mereka, ternyata menyenangkan berada didekat anak-anak apalagi tak terasa mereka telah tumbuh besar dan semakin kritis dengan keadaan sekitar. Akhirnya di putuskan untuk ambil arah ke kanan, yang kebetulan menuju arah datangnya sinar matahari. "Ayo kita lihat bayangan siapa yang paling tinggi? coba ukur panjangnya dengan langkah, ada berapa langkah?"

[caption id="attachment_153484" align="aligncenter" width="300" caption="bayangan"]

1325559972334127085
1325559972334127085
[/caption] [caption id="attachment_153487" align="aligncenter" width="300" caption="Ayo bayangan siapa yang paling tinggi"]
1325560097843812228
1325560097843812228
[/caption] Setelah berjalan cukup jauh, akhirnya kita memasuki wilayah perkampungan dengan melintasi kebun bunga dan jagung yang banyak ditanam warga sekitar. "Coba sekarang siapa yang tau, apa aja tanaman yang bisa ditanam di kebun oleh bapak petani?", mereka rebutan untuk menjawab pertanyaanku, wah ternyata lumayan juga pengetahuan anak-anak tentang perkebunan.

[caption id="attachment_153500" align="aligncenter" width="300" caption="kebun mawar"]

1325560665466433856
1325560665466433856
[/caption] [caption id="attachment_153502" align="aligncenter" width="300" caption="di antara kebun pisang dan jagung"]
13255607621713400321
13255607621713400321
[/caption]

Setelah melintasi kebun kita masuk ke perkampungan warga, kemudian beristirahat di sebuah warung makan yang menyediakan aneka gorengan hangat dan tahu sumedang yang enak rasanya. Setelah itu melihat-lihat seekor domba jantan yang di keluarkan dari kandangnya, disana mereka mengajukan banyak pertanyaan mengenai binatang yang berasal dari Garut ini dan kujawab semampuku.

[caption id="attachment_153503" align="aligncenter" width="300" caption="lewat perkampungan"]

1325561530932233550
1325561530932233550
[/caption] [caption id="attachment_153504" align="aligncenter" width="300" caption="pemukiman warga"]
13255616021866018729
13255616021866018729
[/caption] [caption id="attachment_153505" align="aligncenter" width="300" caption="istirahat dan sarapan tahu sumedang"]
13255616821454840296
13255616821454840296
[/caption] [caption id="attachment_153507" align="aligncenter" width="300" caption="mengamati domba garut"]
13255617741947109816
13255617741947109816
[/caption] Akhirnya kami menempuh perjalanan pulang setelah itu, dan perjalanan kaki berdurasi 1,5 jam ini ditempuh dengan sukses dan perasaan senang serta badan yang segar. Setibanya dirumah makanpun jadi lahap karena lelah setelah berjalan sejauh 1,5 kilometer. Tetap semangat anak-anak...!

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun