Mohon tunggu...
Guntur Cahyono
Guntur Cahyono Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Belajar untuk menjadi baik. email : guntur_elfikri@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perantau Wonogiri Pingin bali Ndeso Mbangun Deso

24 September 2014   16:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:42 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Selamat pagi kompasiana... Waduh ini pagi-pagi jadi kangen kampung halaman. Maklumlah orang perantau yang dikangenin ya kampung. Keluarga besar dikampung atau ngobrol sama teman-teman waktu SD saat nyolong mangga tetangga atau nyolong tebu di perkebunan dikejar sama pak mandor atau penjaga.Kabur ngumpet disemak-semak.

Apa sih yang bisa dibanggain dengan Wonogiri? Kota gaplek, gunung gandul, waduk gajah mungkur, atau karena kalau kemarau kekeringan susah air bisa jadi bangga dengan museum karst yang terletaak tidak jauh dari rumahku. Atau kuliner nasi thiwulnya yang mak nyus (pinjem kata-katanya pak bondan). Lauk sayur lodeh terong pakai ikan asin. Pedes-pedes gurih dech.

Yang penting jangan kangen sama banyaknya jalan yang berlobang atau aspal yang rusak  jadinya mobil lewat ndut-ndutan. Tapi sekarang jalan menuju kampungku udah di cor jalannya, lumayan lah.  Tempate pak lek (paman) yang dibagian pegunungan daerah selatan wonogiri harus punya bak besar untuk menampung air hujan. Bisa-bisa kalau gak punya alamat gak ada air selama kemarau. Atau harus beli air dengan jual sapi dech.

Itulah sekilas kampung halamanku, dari saya kecil sampai dengan hijrah ke kota lain tidak jauh berbeda. Hampir banyak warganya semua pada merantau untuk mendapatkan rupiah. Jual Bakso, Mie Ayam, Jual bubur, bakul jamu, jadi guru, jadi dosen, buruh bangunan, bahkan jadi penguasaha atau tukang wakil rakya...t. Pokoke banyak profesi dech.

Dari semua profesi itu yang paling menarik dari wonogiri adalah rasa kebersamaan di perantauan. Tidak ada yang membedakan tiap profesi. Orang kata senasib sepenanggungan. Senasib sepananggungan inilah banyak paguyuban keluarga wonogiri di kota-kota besar, misal Jakarta, atau perantau wonogiri di Yohyakarta, Semarang, Jawa Timur dan seterusnya.

Paguyuban ini ajang kami kumpul-kumpul mememori kenangan hidup dikampung klo sekolah gak pakai sepatu saat SD. Sore harinya gembala kambing atau sapi sambil main sepak bola. Atau nyari jangkrik dan belalang buat digoreng untuk dimakan. Semua diobrolin dari yang baik-baik bahkan sampai yang buruk-buruk dari banyak kenangan itu.

Oya paguyuban perantau kegiatannya banyak banget ada arisan cuma 10rb rupiah murah meriah dech. dapatnya cuma beberapa ratus ribu, selain itu ada silaturahim kesana-kemari, klo ada teman yang kesusahan dibesuk atau acara bayenan, khitanan dan nikahan pada kumpul. Kalau tentang arisan yang dapat rumahnya dipakai perkumpulan bulanan. Selain arisan pada ngumpulin dana 5rb sederhana dan sedikit memang. Tapi dari yang 5rb uang ini sudah terkumpul jutaan rupiah. Uang yang terkumpul itu dibuat untuk utang piutang perantau.

Setiap tahun ada laporan dan utang piutang di setop karena untuk memberikan sumbangan di kampung entah bentuknya apa. Buat bangun jalan, benerin tempat ibadah, buat kegiatan karang taruna, atau kadang buat nanggap wayang kulit dikampung sebagai ajang kumpul-kumpul perantau se Indonesia. Tahun ini pagutuban kami merencanakan mau buat gapuro masuk kampung terus tanggal 9 Desember 2014 mendatang mau ngadain temu akbar perantau.

Walaupun kami bukan lagi ber KTP wonogiri tetapi kecintaaan terhadap tanah kelahiran nampaknya tak akan pudar. Setiap lebaran atau acara pertunjukkan seni kami semua perantau pulang. Atau ada saudara yang nikahan atau berita duka selalu menyempatkan untuk pulang kampung.

Kami bangga banget dengan kampung halaman, biarpun kami petani, rumah reot, jalannya ndhut-ndhutan, mau ke kota kecamatan butuh waktu setengah jam. Semua menjadi kenangan kebahagiaan dan tidak menyurutkan kami untuk selalu memberikan yang terbaik.

Kami hanya mampu memberi sedikit uang 5rb setiap bulan untuk kemajuan kami, buat kami tak menjadi soal. Kami lebih malu justru uang rakyat digasak koruptor yang jumlahnya miliaran rupiah. Tak banyak yang bisa kami lakukan bersama-sama kawan-kawan perantau dari kampung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun