Jagat hiburan tanah air kembali heboh setelah beredar video Ustadz Hariri berdurasi 3 menit 5 detik yang diunggah di situs Youtube. Di dalam video itu terlihat Ustadz Hariri menginjak seseorang yang kemudian diketahui adalah salah satu operator sound system dalam sebuah acara pengajian.
Setelah video itu beredar dan ditayangkan di media telivisi sontak video tersebut telah dilihat lebih dari 1juta dalam waktu beberapa hari saja. Hasilnyapun bisa ditebak Ustadz Hariri yang begitu terkenal dengan gaya dakwahnya yang nyentrik menjadi bulan-bulanan setiap orang dan ramai dibicarakan dibanyak media sosial.
Entah apa yang ada dibenak Ustadz Hariri saat itu sehingga harus melakukan tindakan kekerasan. Sementara beliau adalah seorang Ustadz yang mestinya menjadi panutan dan contoh banyak orang dalam bertindak.
Hampir setiap orang membicarakan kejadian ini, dan ujung-ujungnya Islam sebagai agama sang Ustadz menjadi tercoreng dengan perbuatan tidak terpuji ini.
Tidak hanya Ustadz Hariri yang mengalami kejadian serupa, tetapi banyak para artis sampai dengan para pejabat atau sekedar masyarakat bawah yang mendadak menjadi perbincangan gara-gara situs Youtube.
Beberapa tahun lalu kita mengenal sosok Ariel (Vokalis Noah) dimana video mesumnya beredar di Youtube sehingga sampai masuk bui. Banyak lagi sekelumit cerita dari Youtube yang pada akhirnya seseorang mengalami titik paling bawah dalam kehidupannya.
Tidak berhenti sampai disitu, Youtube juga mampu memberikan andil besar karir seseorang. Dari sosok yang biasa menjadi luar biasa. Tengok saja artis seperti Cakra Khan, Raisa, dan Tegar telah menjelma menjadi artis yang begitu diperhitungkan kancah hiburan tanah air.
Kita juga mengenal Norman Kamaru ataupun Sinta dan Jojo dengan aksi lip singnya. Darisinilah mereka mengubah jalan hidupnya dan menapaki dunia baru yaitu sebagai artis. Masih banyak lagi arti dadakan gara-gara situs Youtube.
Berkembangnya media sosial berbagi video seperti Youtube telah mengubah tatanan kehidupan sosial yang baru. Sisi kehidupan baik negatif maupun positif begitu mudah kita dapatkan. Akhirnya penilaian masyarakatpun berkembang menjadi opini yang mampu menggiring keadaan seseorang.
Semakin banyak viewer atau mengklik Like situs yang disediakan secara gratis ini akan menjadi video popular. Secara otomatis pula mereka yang ada dalam video ini makin terkenal.
Suka atau tidak tatanan baru akibat berkembangnya teknologi khususnya teknologi komunikasi akhirnya berkembang. Dunia terasa menjadi sempit karena mudahnya mengakses segala macam informasi.
Kehidupan manusia tak lagi memiliki sekat privat yang menjadi rahasia pribadi maupun sekat public yang bisa dikonsumsi masyarakat. Bahkan semakin banyak media sosial, apapun yang kita lakukan bisa diketahui banyak orang. Segi privat dan publik saat ini tak lagi memiliki arti. Jika kemudian orang mengatakan semua hal tentang kehidupan pribadi saat ini sudah menjadi “rahasia umum”.
Realitas Sosial
Dalam wacana teknologi modern kita mengenal banyak hal tentang media sosial yang begitu digandrungi banyak orang. Disinilah kemudian menjadi titik balik awal penilaian tingkah polah manusia yang terdokumentasi dan terkonsumsi masyarakat.
Jika dokumen tidak lagi menjadi rahasia tentu saja akan menjadi santapan publik sehingga muncul banyak penilaian. Kasus Ustadz Hariri adalah bukti shahih bagaimana masyarakat akan mudah membenci seseorang yang awalnya dianggap menjadi panutan tetapi tiba-tiba menjelma menjadi sosok yang kasar, bahkan bisa sebaliknya.
Masyarakat, saat ini telah memiliki norma penilaian tersendiri terhadap orang lain akibat beredarnya berbagai macam video yang telah diunggah. Tentu saja kejadian negatif seperti ini tidak diunggah secara pribadi karena sebuah aib.
Pasti ada sekelompok orang atau individu yang sengaja atau sekedar iseng mengunggah ke situs Youtube dengan berbagai alasan tertentu. Karena orang yang mengunggah tidak akan setenar dengan orang yang diunggah.
Seolah-olah penglihatan kita telah dibuka sedemikian lebar dengan media yang satu ini. Sesuatu yang tak bisa dibantahkan jika kondisi sosial kita telah tergiring begitu masif dan kadang arogan dengan berbagai tayangan yang ada.
Mendadak semua menjadi hakim hanya dengan melihat satu atau dua menit saja. Sekejap itu pula pandangan seseorang akan berubah dari tayangan di Youtube terhadap individu.
Terang saja, dalam situs ini seseorang yang memiliki akun pribadi di Youtube akan bisa menilai sesuka hatinya dan bisa dibaca oleh banyak orang. Muncullah kemudian sebuah opini jama’ah, bersifat positif maupun negatif.
Ini menjadi babak awal yang disebut pengadilan media sosial. Para pengguna internet menurut beberapa survey terungkap hampir mencapai 50% populasi penduduk Indonesia. Para pengguna internet ini akan semakin aktif dengan mudahnya mengakses beberapa data dan adanya internet murah.
Ruang sekecil apapun mampu menjadi propaganda dan membius banyak orang entah salah ataupun benar. Tanpa pembela semua seolah menjadi orang yang paling benar dimuka bumi ini. Titik lemah seseorang semakin dilemahkan dan yang besar tumbuh semakin besar.
Status sosial seseorang bukan menjadi penghalang bagi seseorang untuk menilai karena mungkin tidak saling mengenal secara pribadi. Bahkan sekelas presiden pun bisa “diadili” habis-habisan didunia maya ini.
Undang-undang sistem informasi kita nampaknya belum mampu mengcover kasus semacam ini. Apakah video dengan berbagai tindakan yang kurang terpuji bisa dibagikan begitu mudahnya yang notabenenya hal itu adalah aib seseorang.
Namun itulah yang terjadi sekarang, bagaimanapun bentuknya hal ini adalah bagian raport pendek kehidupan kita. Melalui banyak kejadian ini sebenarnya kita diajarkan untuk selalu hati-hati dengan setiap tindakan yang kita lakukan.
Mungkin Ustadz Hariri dan yang lainnya perlu berterimaksih dengan beredarnya video tentang dirinya. Dengan video itu, seseorang mampu merefleksi diri untuk kebaikan dirinya dan kehidupan masyarakat pada umumnya. Sedangkan buat orang lain kita perlu bercermin senantiasa melakukan evaluasi diri dan menjadi pelajaran berharga dengan apa yang hendak kita lakukan. Wallahua’lam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H