Mohon tunggu...
Guntur Cahyono
Guntur Cahyono Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Belajar untuk menjadi baik. email : guntur_elfikri@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Kenaikan Harga BBM Waktu ke Waktu

19 November 2014   16:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:25 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenaikan BBM untuk solar dan premium pada masa belum genap satu bulan kepemimpinan Jokowi merupakan berita yang kurang menggembirakan bagi sebagian banyak orang. Secara jujur saya juga tidak setuju dengan hal ini. Saya tidak perlu berlogika apapun dengan kenaikan ini. Pastinya saya semakin berlogika tidak akan menurunkan harga BBM bersubsidi ini. Akhirnya meminjam tulisan temen sebelah #ikhlas...hehehe

Sebenernya buka barang yang aneh dengan kenaikan BBM ini karena sebelum Jokowi dilantik menjadi presiden sudah "merayu" SBY untuk menaikkan harga BBM. Entah apapula harus dirayu buat kita suka atau tidak suka tetep aja pakai premium atau Solar.

Saat kekampus kemarin saya hanya bergumam "ini kampus masih saja banyak motor dan mobil, padahal premium naik 2000". Tandanya secara prinsip tidak mempengaruhi pola hidup seseorang untuk hemat atau tidak hemat. Berapapun harganya, asal ada pasokan orang akan membeli. Karena minyak adalah sektor yang tidak bisa ditinggalin masyarakat indonesia.

Misalnya saat mau kekampus, yang tak ada kendaraan umum maka harus pakai motor. Lebih cepat dan mudah. Pokoknya semua punya alasan. Seiring naiknya BBM hampir semua ngitung-ngitung tentang semua kebutuhan yang juga ikut naik. Bahkan penjual nasi bungkus yang biasanya biasa saya beli 2000 sekarang jadi 3000 padahla ini dak pakai motor jualnya. Nggak aneh sich.

Sebagai guru privat saya juga berfikir harus saya naikkan biasa les buat anak-anak. Namun, orang tua sudah pada nggedumel ndak karuan. Padahal transportasi kita dan teman-teman pakai motor yang premiumnya naik. Ini anakku juga ikut-ikutan naik uang jajannya. Aneh..kok pada melu-melu pejabat saja.

Ealah malah nulis neko-neko...

Perkembangan harga BBM dari ke waktu menjadi menarik untuk kita ketahui. Jika dulu dikatakan murah karena kita melihat pakai kacamata hari ini. Mungkin dulu harga segitu tetap dikatakan mahal. Kadang sekampung jika tahu 80an yang punya motor cuma beberapa orang saja sekampung.

Dari berbagai sumber yang bisa saya cari informasi perubahan harga BBM ada beberapa kali begitu fantastis. Dari mulai presiden Soeharto sampai dengan pemerintahan Jokowi. Bahkan ada presiden yang tidak menaikkan harga BBM selama masa jabatannya. Adapula yang yang sempat menurunkan harganya walaupun dibilang tidak lama.

Jadi bisa dimungkinkan suatu waktu nanti Jokowi juga akan menurunkan harga BBM. Saya melihat secara sederhana tidak ada hubungan signifikan antara naiknya harga BBM dengan pola hidup berkendara seseorang entah kerja, sekolah atau kegiatan yang lain. Bisa dibuktikan secara sederhana saja berapa orang yang menyebabkan jalan kaki 5 sampai 10 km karena harga premium naik. Bisa dibilang tidak ada.

Sejak zaman pemerintahaan Soekarno harga BBM tidak ada dalam catatan kepastiannya. Baru mulai sejak pemerintahan presidan Soeharto saya menemukan catatannya.

Sumber Portal Sulteng :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun