Mohon tunggu...
Guntur Cahyono
Guntur Cahyono Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Belajar untuk menjadi baik. email : guntur_elfikri@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Jalan-jalan ke Aek Sijornih

17 Desember 2015   11:57 Diperbarui: 17 Desember 2015   13:20 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Air begitu jernih di Aek Sijornih (doc. DW)"][/caption]Pagi-pagi buta saya harus bergegas mengejar pesawat ke Bandara Ahmad Yani, karena keberangkatan pesawat pukul 06.00 WIB menuju Jakarta. Berangkatlah saya bersama beberapa teman ke Semarang dari Salatiga lepas subuh. Jalan menuju ke Semarang dari Salatiga masih relatif sepi ditambah saya lewat tol Bawen langsung menuju ke arah tujuan membuat perjalanan saya berjalan dengan cepat.

Hari itu saya akan menuju sebuah kota kecil di Sumatera Utara yaitu Padangsidimpuan untuk tugas kantor. Pesawat menuju Jakarta pun terbang. Setelah sampai di Jakarta saya lanjutkan perjalan ke Bandara Kualanamu terus lanjut menuju bandara Sibolga. Bandar Udara Dr. Ferdinand Lumban Tobing adalah bandara yang terletak di Kecamatan Pinangsori, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Bandar udara ini memiliki ukuran landas pacu 2.250 x 30 m. Jarak dari kota Sibolga sekitar 40 km. Bandara ini dinamai sesuai nama Ferdinand Lumbantobing, pahlawan nasional Indonesia asal Sumatera Utara.

[caption caption="Lahan parkir (doc. DW)"]

[/caption]Barulah dari bandara ini saya dijemput memakai mobil menuju Padangsidimpuan dengan lama perjalanan kurang lebih 1,5 jam. Selama perjalanan ini saya menikmati negeri yang diselimuti pohon-pohon yang susah saya temui di kampung saya yang hari-harinya bercuaca cukup panas. Walaupun beberapa ruas jalan terlihat berlubang tetapi perjalanan relatif aman dan lancar. Tidak ada pemandangan macet sepanjang jalan dari bandara Sibolga menuju ke Padangsidimpuan. Yang terlihat beberapa ngkuta dan mobil pribadi yang jumlahnya sedikit.

[caption caption="Jembatan Goyang (doc. DW)"]

[/caption]Paling ada beberapa kendaraan umum sehari-hari seperti becak bermotor yang berslieran di jalan. Transportasi ini sangat diminati warga untuk bepergian. Jika becak biasa penumpangnya didepan. Lain halnya dengan transportasi ini dimana penumpangnya ada disamping. Motor dimodifikasi untuk penumpang tambahan disamping.

Sampai setengah perjalanan saya menuju sebuah rumah makan tapi saya agak lupa rumah makan apa. Yang jelas rumah makan ini nasi merah adalah menu andalan selain berbagai lauk ikan dari goreng, bakar, ataupun bumbu kuah. Setelah perut kami merasa kenyang saya lanjutkan perjalanan menuju hotel dimana saya harus menginap.

Acara demi acara saya ikuti tidak lupa kawan kami mengajak kami untuk melepas penat di sebuah tempat wisata. Terpilihlah obyek wisata Aek Sijornih. Menurut penuturan kawan Aek Sijornih artinya air yang jernih, benar saja air disana sangat jernih. Aek sijornih adalah air terjun yang berasal daripegunungan.

[caption caption="Becak Motor (doc, DW)"]

[/caption]Singkat cerita dari hotel sampai Aek Sijornih memekan waktu 1 jam. Sampai pada akhirnya sampailah kami di lokasi. Saya tengok kanan kiri tak ada satupun tempat parkir. Yang ada hanyalah parkiran ala kadarnya yang dibuat warga. Diparkirlah mobil disitu.

Untuk menuju lokasi air terjun pertama sekali saya harus melewati jembatan yang terlihat agak tua dan kurang terawat. Ada sebagian penyangga yang lepas. Cukupberbahaya jika pemda setempat tidak melakukan perbaikan. Namun, tidak mengapa kami bergoyang-goyang dijembatan itu. Setelah asyik bergoyang-goyang dijembatan kaki pun mulai melangkah ke air terjun. Sayang terlihat sampah bekas makanana banyak sekali dan beberapa tembok banyak coretan.

[caption caption="Air begitu jernih disatu sisi air terjun sayang banyak sampah (doc. DW)"]

[/caption]Setelah kmata ini melihat hamparan alam yang luas dan terdengar air gemercik sirna sudah pemandangan memilukan tadi. Alam ciptaan Tuhan yang luar biasa. Namun sayangnya hari itu hujan jadi saya tidak bisa menikmati seluruh keindahan alam Aek Sijornih.

Setelah agak reda suguhan duren membuat kami menelan ludah. Ditambah makanan yang dibungkus dengan daun kelapa yaitu nasi lemang. Setelah terasa lelah saya pulang balik ke hotel. Yang jelas jika tempat ini dikelola dari awal masuk sampai keluar obyek wisata akan lebih menarik. Selamat Jalan-jalan yaaaa...

[caption caption="Musholanya terliha kuno tetapi bersih (doc. DW)"]

[/caption]

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun