[caption id="attachment_393640" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustrasi/Kompas.com"][/caption]
Tadi pagi saya membaca sebuah artikel berjudul "Terkuak… 6 Jenis Pekerjaan yang Sebabkan Pegawai Depresi" yang dipublikasikan oleh kompas.com dikutip dari Jobs and Hire. Namun sayang saya tidak mampu menemukan artikel asli yang dimaksud karena sulit melacak. Atikel bisa dibaca [disini]
Artikel ini menjadi menarik karena membahas beberapa pegawai yang mudah mengalami depresi. Namun, sayang artikel ini tidak menjelakaskan penelitian lengkap dimana dan kapan serta responden disetiap masing-masing jenis pekerjaan. Ada penjelasan ringkas yang sebenarnya bisa dipahami apa yang ingin disampaikan dalam artikel tersebut.
Bagi saya ada yang perlu menjadi pemikiran saya tentang guru/tenaga pendidik memiliki tingkat kerentanan mengalami depresi. Adapun bisa saya kutipkan dari artikel ini bagaimana guru rentan terkena depresi sebagai berikut :
Guru
Kebanyakan para guru senang saat mengajar dan didengarkan oleh murid-murid dalam kelas. Namun, umumnya para murid ini malas belajar dan akhirnya memilih untuk berulah yang membuat guru kewalahan. Penghasilan guru yang terbilang rendah dan tuntutan untuk memberikan pendidikan terbaik pada generasi penerus, menimbulkan konflik emosi yang berakhir pada depresi berkelanjutan.
Salah satu penyebab mengapa guru rentan depresi adalah masalah penghasilan. Saya menjadi guru mulai tahun 2004 sampai dengan sekarang. Sebagai guru swasta atau non PNS dari sisi penghasilan guru memang tidak bisa dibanggakan. Mungkin penghasilan saya sebagai guru lumayan beruntung dibanding guru lain yang masih berstatus Wiyata Bakti (WB) atau Latihan Kerja (LK) disekolah berplat merah. Sebagai guru saya masih berpenghasilan diatas UMK. Selain saya mengajar disekolah swasta yang lumayan bagus, saya adalah berstatus GTY (guru tetap yayasan).
Sebagai GTY dibanding dengan guru PNS penghasilan saya sangat jauh. Dengan golongan yang sama penghasilan saya hanya separo dari guru PNS. Maka saya harus memiliki "obyekan" lain untuk menambah penghasilan dengan menjadi guru les.
Guru secara prinsip memang rawan terkena depresi. Guru bukan hanya pengajar tetapi menjadi pendidik. Personifikasi guru dibawa dimanapun dan tidak hanya disekolah. Kelakuan guru akan menjadi sorotan apalagi sampai guru berbuat kesalahan atau kejahatan. Mungkin beberapa kasus guru memang sangat rawan depresi.
Guru harus pandai bermain peran, keadaan disekolah kadang bertolak belakang dengan kondisi yang dialami sebenarnya atau dalam bahasa anak muda sekarang harus bisa JAIM. Pasti juga ada guru yang all out dan tidak terpengaruh dengan berbagai kondisi semaca penghasilan, tetapi saya yakin tidak banyak.
Kadar mengelola depresi bagi masing-masing guru berbeda jadi tergantung pandai-pandainya guru mengelola emosi tadi. Maka sekolah dimana saya pernah bekerja selalu mengadakan refreshing setiap akhir tahun. Sebagai upaya menyegarkan beban pekerjaan yang telah dilakukan selama satu tahun.
Jenuh mengajar saya pikir banyak guru mengalaminya. Dimana beberapa waktu lalu saya diberi kesempatan berbincang-bincang dengan guru-guru saya waktu SMP dan SMA, mereka rata-rata bilang lumayan jenuh beraktifitas yang sama disetiap hari. Guru-guru saya sudah mengabdi lebih dari 10 hingga 20 tahun dan adapula yang hampir pensiun.