Kenaikan BBM untuk solar dan premium pada masa belum genap satu bulan kepemimpinan Jokowi merupakan berita yang kurang menggembirakan bagi sebagian banyak orang. Secara jujur saya juga tidak setuju dengan hal ini. Saya tidak perlu berlogika apapun dengan kenaikan ini. Pastinya saya semakin berlogika tidak akan menurunkan harga BBM bersubsidi ini. Akhirnya meminjam tulisan temen sebelah #ikhlas...hehehe
Sebenernya buka barang yang aneh dengan kenaikan BBM ini karena sebelum Jokowi dilantik menjadi presiden sudah "merayu" SBY untuk menaikkan harga BBM. Entah apapula harus dirayu buat kita suka atau tidak suka tetep aja pakai premium atau Solar.
Saat kekampus kemarin saya hanya bergumam "ini kampus masih saja banyak motor dan mobil, padahal premium naik 2000". Tandanya secara prinsip tidak mempengaruhi pola hidup seseorang untuk hemat atau tidak hemat. Berapapun harganya, asal ada pasokan orang akan membeli. Karena minyak adalah sektor yang tidak bisa ditinggalin masyarakat indonesia.
Misalnya saat mau kekampus, yang tak ada kendaraan umum maka harus pakai motor. Lebih cepat dan mudah. Pokoknya semua punya alasan. Seiring naiknya BBM hampir semua ngitung-ngitung tentang semua kebutuhan yang juga ikut naik. Bahkan penjual nasi bungkus yang biasanya biasa saya beli 2000 sekarang jadi 3000 padahla ini dak pakai motor jualnya. Nggak aneh sich.
Sebagai guru privat saya juga berfikir harus saya naikkan biasa les buat anak-anak. Namun, orang tua sudah pada nggedumel ndak karuan. Padahal transportasi kita dan teman-teman pakai motor yang premiumnya naik. Ini anakku juga ikut-ikutan naik uang jajannya. Aneh..kok pada melu-melu pejabat saja.
Ealah malah nulis neko-neko...
Perkembangan harga BBM dari ke waktu menjadi menarik untuk kita ketahui. Jika dulu dikatakan murah karena kita melihat pakai kacamata hari ini. Mungkin dulu harga segitu tetap dikatakan mahal. Kadang sekampung jika tahu 80an yang punya motor cuma beberapa orang saja sekampung.
Dari berbagai sumber yang bisa saya cari informasi perubahan harga BBM ada beberapa kali begitu fantastis. Dari mulai presiden Soeharto sampai dengan pemerintahan Jokowi. Bahkan ada presiden yang tidak menaikkan harga BBM selama masa jabatannya. Adapula yang yang sempat menurunkan harganya walaupun dibilang tidak lama.
Jadi bisa dimungkinkan suatu waktu nanti Jokowi juga akan menurunkan harga BBM. Saya melihat secara sederhana tidak ada hubungan signifikan antara naiknya harga BBM dengan pola hidup berkendara seseorang entah kerja, sekolah atau kegiatan yang lain. Bisa dibuktikan secara sederhana saja berapa orang yang menyebabkan jalan kaki 5 sampai 10 km karena harga premium naik. Bisa dibilang tidak ada.
Sejak zaman pemerintahaan Soekarno harga BBM tidak ada dalam catatan kepastiannya. Baru mulai sejak pemerintahan presidan Soeharto saya menemukan catatannya.
Sumber Portal Sulteng :
Era Soeharto
1980 premium Rp 150 Solar Rp. 52,5
1991 premium Rp. 550 Solar Rp. 300
1993 premium Rp.700 Solar Rp. 380
1998 premium Rp. 1200 Solar Rp. 600
Era Gus Dur
2000 premium Rp. 1150 Solar Rp. 600
2001 premium Rp. 1450 Solar Rp. 900
Era Megawati
2002 Rp. 1550 Solar Rp. 1150
2003 Rp. 1810 Solar Rp. 1890
Era SBY
Maret 2005 Premium Rp. 2400 Solar Rp. 2100
Oktober 2005 Premium Rp. 4500 Solar 4300
2008 Premiun Rp. 6000 Solar Rp. 5500
2009-2012 Premium Rp. 4500 Solar Rp. 4500
2013 Premium Rp. 6500 Solar Rp. 6500
Sumber Tempo :
1. Periode Presiden Suharto
8 Januari 1993, harga premium naik dari Rp550 menjadi Rp700 per liter.
5 Mei 1998
Premium: Rp700 menjadi Rp1.200
Solar: Rp380 menjadi Rp600
Minyak tanah: Rp280 menjadi Rp350
2. Periode Presiden Abdurrahman Wahid
1 Oktober 2000
Premium : Rp1.000 menjadi Rp 1.150
Solar : Rp550 menjadi Rp600
Minyak tanah : Rp280 menjadi Rp350
16 Juni 2001
Premium : Rp1.150 menjadi Rp1.450
Solar : Rp600 menjadi Rp900
Minyak tanah : Rp350 menjadi Rp400
3. Periode Presiden Megawati
1 Maret 2002
Premium : Rp1.450 menjadi Rp1.550
Solar : Rp900 menjadi Rp1.150
Minyak tanah : Rp400
1 April 2002
Premium : Rp1.550 menjadi Rp1.600
Solar : Rp1.150 menjadi Rp1.240
Minyak tanah : Rp1.270 menjadi Rp1.310
3 Mei 2002
Premium : Rp1.600 menjadi Rp1.750
Solar : Rp1.240 menjadi Rp1.390
Minyak tanah : Rp1.310 menjadi Rp1.410
1 Januari 2003
Premium : Rp1.750 menjadi Rp1.810
Solar : Rp1.390 menjadi Rp1.890
Minyak tanah : Rp1.410
4. Periode Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
1 Maret 2005
Premium : Rp1.810 menjadi Rp2.400
Solar : Rp1.890 menjadi Rp2.100
Minyak tanah : Rp700
1 Oktober 2005
Premium : Rp2.400 menjadi Rp4.500
Solar : Rp2.100 menjadi Rp4.300
Minyak tanah : Rp700 menjadi Rp2.000
23 Mei 2008
Premium : Rp4.500 menjadi Rp6.000
Solar : Rp4.300 menjadi Rp5.500
Minyak tanah : Rp2.000 menjadi Rp2.500
21 Juli 2013
Premium : Rp6.000 menjadi Rp6.500
Sumber Solopos
Era Habibie
Premium sempat turun dari Rp. 1200 menjadi Rp. 1000
Saat ini Premium Rp. 8500 dan Solar Rp. 7500
Dicermati saja bagaimana perkembangan harga BBM dari waktu ke waktuu. Bagi rakyat awam tentu saja pingin yang murah karena itu kewajiban negara. Jangan sampai kenaikan BBM tidak diimbangi dengan berbagai hal yang membuat rakyat makin menjerit. Bahkan menurut media on line ada angkutan umum yang mulai mogok karena dihitung pemasukan dan pengeluaran khususnya bahan bakar tidak sepadan. lalu bagaimana sopir dan kondektur memberi makan anak istri jika mogok operasi...
Endingnya yo pikiren dewe : Pikir sendiri saja ... emang gue pikirin
Semoga Tuhan memberi banyak rejeki untuk bangsa yang katanya gemah ripah loh jinawi atau kata Koesplus sebagai tanah surga walau masih banyak yang ternyata hidup sengsara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H