Ada apa dengan republik ini? Seorang mantan presiden meminta keadilan tidak dihiraukan. Bahkan respons sebagian netizen baik yang asli atau palsu begitu sinis. Bagaimana mungkin aparat hukum yang baru saja berganti pemimpin menjadi bingung sendiri? Bagaimana mungkin kita memberi hormat pada masyarakat umum, sedangkan kepada seorang mantan presiden sebagian kecil masyarakat ini mengabaikan bahkan mencibir?Â
Walaupun waktu berganti, SBY merupakan sosok yang pernah punya arti bagi Republik Indonesia, khususnya pascareformasi. Suka tidak suka, SBY satu-satunya presiden yang mampu mengemban amanah sesuai dengan periode normal pascareformasi. Oleh karena itu, bagaimana mungkin presiden saat ini mengabaikan ajakan pertemuan dari mantan presiden? Bagaimana mungkin aparat hukum tidak langsung menindaklanjuti ungkapan mantan presiden SBY? Bagaimana mungkin ada terdakwa memainkan siasat licik di pengadilan dengan melibatkan fitnah terhadap SBY, bahkan juga memfitnah ketua MUI?
Miris melihat apa yang terjadi dengan SBY hari ini meskipun ada juga yang beranggapan hal yang serupa dialami oleh mantan-mantan presiden Indonesia lainnya. Soekarno menjadi tahanan kota, Pak Harto menjadi tersangka. Tetapi, yang jauh lebih respek bagaimana SBY memperlakukan mantan presiden yang masih hidup di zamannya. Kita masih ingat bagaimana beliau langsung mengunjungi Gus Dur saat menjelang ajalnya. Bagaimana SBY menyempatkan menghadiri Haul Gus Dur yang keempat. Meskipun saya masih kecewa dengan SBY yang melewatkan upacara perayaan 17 Agustus periode Jokowi tahun 2015 dan 2016, mudah-mudahan tahun 2017 beliau tidak lagi mengisi acara lain.
Indonesia Itu Rangkaian Cerita
Tidak bisa kita mengatakan bahwa Indonesia hanya cerita tentang Bung Karno, Indonesia juga punya cerita Pak Harto, Habibie, Gus Dur, Megawati, SBY, dan Jokowi. Tiap cerita ada yang positif dan ada pula yang negatif. Tiap cerita menjadi bukti sejarah Indonesia. Jika kita berani menyatakan peduli kebhinekaan, kita harus berani mengakui kebhinekaan cerita presiden sepanjang negeri merdeka. Bhineka bukan sekedar isu agama dan ras, tetapi bhineka soal menghormati tokoh dan masyarakat yang menjadi pendukungnya. Suka tidak suka SBY memiliki banyak pendukung. Buktinya Demokrat masih mengutus wakilnya di Senayan. Â
Kita tentu tidak nyaman dengan cerita bahwa dua presiden terlama yang memerintah kita dalam posisi hukum yang tidak jelas sepanjang masa. Cerita yang tidak menunjukkan kebhinekaan, cerita yang banyak diwarnai rasa dendam. Seyogianya kita bisa menceritakan kepada anak-cucu kita, bahwa Presiden Soekarno sampai Presiden Jokowi dan presiden selanjutnya memiliki cerita masing-masing, yang saling mendukung eksistensi negara republik tercinta.
Jika presiden dan pejabat saat ini hanya memiliki kacamata kuda, di mana ia bertindak mentang-mentang penguasa, maka ia juga hanya diingat saat jabatan masih dipegang. Polisi, jaksa selain sebagai eksekutor pemerintah, ia adalah abdi negara. Ia bertindak sebagai alat negara, bukan alat pemerintah semata.
Semuanya Akan Menjadi Mantan
Melalui konstitusi saat ini, kemungkinan lamanya waktu seorang presiden menjabat lebih singkat dibandingkan dengan masa ia mantan presiden. Hal ini dikarenakan seseorang hanya maksimal sepuluh tahun menjabat presiden. Bagaimana rasanya jika Pak Jokowi yang bukan pemilik partai menjalani hidup pasca menjadi mantan presiden? Bagaimana rasanya Kapolri dan aparat hukum jika jabatan sudah tidak diemban? Pejabat yang baik diukur bukan seberapa patuh anak buahnya saat ia menjabat atau masyarakat yang mengelu-elukan. Pejabat yang baik dapat dilihat saat setelah pensiun.
Saat menjabat, anggota presiden bertindak ada yang sebagian karena respek, ada karena kepatuhan hukum. Jika bersifat mentang-mentang, reaksi masyarakat juga sama. Artinya, ia dihargai saat masih menjabat. Respek diperoleh bukan karena reward dan punishment, namun karena apresiasi terhadap kualitas diri seseorang. Biar bagaimanapun Pak SBY sudah teruji, saat ia menjadi mantan presiden masih banyak publik yang menghormatinya, terlepas ada yang anti padanya. Saat ia tidak lagi menjabat, masih ada orang yang seperti saya berempati melalui tulisan ini.
Semoga Pak Jokowi dapat mengambil peran sebagai presiden yang lebih baik, dengan merespons dengan tepat apa yang seharusnya. Saya yakin beliau bukan presiden boneka, yang keputusannya belum mutlak. Beliau adalah presiden yang memiliki peran sama dengan SBY. Beliau adalah presiden yang mengayomi orang seperti SBY dan pendukungnya. Kebhinekaan bukan soal menerima etnis minoritas seperti Ahok, kebhinekaan bukan hanya diukur dari nonmuslim menjadi pemimpin. Kebhinekaan juga menyangkut hubungan presiden dengan mantan presiden, meskipun berbeda partai.