Mohon tunggu...
Guntur Saragih
Guntur Saragih Mohon Tunggu... -

Saya adalah orang yang bermimpi menjadi Guru, bukan sekedar Dosen atau Trainer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Salah Kaprah Bangku Prioritas Kereta Api

13 Maret 2017   18:44 Diperbarui: 13 Maret 2017   18:57 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saat kita naik komuter line, kita dapat melihat ada tulisan tempat duduk prioritas di pojok baik sebelah kanan maupun kiri. Tidak hanya itu, melalui microphone ada rekaman yang diperdengarkan agar penumpang memberikan tempat duduk prioritas bagi penumpang lansia, ibu hamil, disabilitas, anak kecil. Sepintas, hal tersebut tidak bermasalah, tetapi mari kita telaah lebih lanjut.

Apakah dalam hidup, apakah untuk nilai-nilai kemanusiaan syarat dan kondisi berlaku hanya untuk ruang dan waktu tertentu. Apakah kemanusiaan tidak berlaku saat Anda dalam wilayah geograpi tertentu, apakah ada musim tertentu ada boleh mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan.

Dari sudut pandang metakognisi, aturan kereta api tersebut menunjukkan pemikiran parsial dalam menjalankan kehidupan. Kalau saya sudah memberikan sebagian porsi, maka gugurlah kewajiban. Jika kereta api telah memberikab 12 kursi per gerbong, maka hal tersebut dianggap sudah cukup. Tidak perlu melihat dalam kondisi tertentu, jumlah yang membutuhkan jauh lebih banyak.

Bagi para penumpang yang oportunis, ia akan menyandarkan sikapnya pada aturan. Jika saya tidak duduk di bangku prioritas, maka saya tidak perlu berbagi untuk kemanusiaan. Saya sudah menjalankan aturan. Nilai kemanusiaan dilakukan sebagai warga negara kereta api, bukan warga negara kemanusiaan (Tuhan). 

Seyogianya, aturan tentang jatah  alokasi bangku prioritas dihapuskan. Karena kemanusiaan tidak dapat dijatah. Seluruh bangku di kereta api adalah prioritas untuk kemanusiaan. Sehingga, kita bisa dengan segera mengingatkan penumpang yang tidak membagi bangkunya, hanya karena alasan bukan tergolong bangku prioritas. Sehingga, besok tidak lagi dijumpai penumpang yang pura -pura tertidur karena menghindari kewajibannya. 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun