Belum ada terobosan yang dilakukan Ahok untuk mengatasi banjir. Bahkan sebagai gubernur yang meneruskan periode di tengah jalan, Ahok tidak dapat bepikir tentang program-program Jokowi saat menjabat gubernur. Harusnya Ahok menghormati Jokowi dengan cara melanjutkan apa-apa yang pernah presiden Indonesia tersebut jalankan. Ahok tidak lagi ingat ide Jokowi soal pembangunan  waduk di Ciawi. Ahok melupakan pemikiran Jokowi untuk membuat gorong-gorong di DKI.
Ahok terlampau menganggap enteng masalah banjir. Ahok tidak mampu berpikir secara luas, tidak berpikir strategis. Baginya banjir Jakarta hanya soal mengalirkan, akibatnya ide dalam kepalanya hanya normalisasi plus sedikit menampung yang diwujudkan dalam bentuk waduk. Akibatnya dalam keadan musibah banjir sekalipun, Ahok sempat-sempatnya mengucapkan penggusuran.
Banjir DKI merupakan keadaan yang multi kompleks. Dibutuhkan pemimpin yang pemikirannya tidak dangkal. Pemimpin yang mampu melihat pihak lain selain Jakarta. Meskipun Jokowi telah menunjukkan kepada Ahok mengenai jalinan silaturahmi dengan gubernur Jawa Barat, Depok, Tangerang, tetapi Ahok tidak pernah mau mengakui kelebihan Jokowi. Ahok tidak mau menaruh egonya agar mau berkonsultasi dengan pemerintah pusat, khsususnya kementerian pekerjaan umum (PU).
Jika Jokowi saja tidak dianggap, apalagi program master plan Jakarta. Ahok dengan begitu sombongnya tidak memasukkan master plan penangana banjir Jakarta sebagai program unggulan. Nasib banjir kanal timur tidak jelas. Program Gubernur DKI Fauzi Bowo mengatasi masalah genangan air dibutuhkan 48 poler (penampungan air). Saat ia menjabat baru ada memiliki 33 polder, ke depan DKI akan menambah 15 polder sehingga nantinya akan memiliki 48 polder. Polder terbesar yang dimiliki DKI terdapat di kawasan Waduk Pluit.
Poinnya Ahok tidak memahami kebijakan strategis menanggulangi masalah. Ahok mengatasi masalah banjir sekedar memadamkan kebakaran. Besihkan sungainya, turunkan pasukan oranye, lalu cari ilmu ngeles mengkambinghitamkan pihak lain. Pasac banjir sekalipun,Ahok tidak memiliki kemampuan strategis untuk menanggulangi korban. Justru ia datang sebagai majikan dengan ancam sana dan sini. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H