Mohon tunggu...
Pendidikan

Perjuangan Seorang Ibu Sang Tenaga Honorer

23 Desember 2018   01:02 Diperbarui: 23 Desember 2018   16:36 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Setiap diantara kita memiliki tokoh inspiratif yang hebat sepanjang usia, yaitu ibu. Beliau yang melahirkan, mengasuh, dan mendidik kita hingga saat ini. Perjuangan sepanjang masa dan selalu bekerja yang tak melihat waktu.

Saya teringat saat saya masih duduk di bangku kuliah, saya berbincang dengan dosen pembimbing saya. Saat itu saya sudah lelah dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi saya. Didalam perbincangan itu, dosen saya menitipkan pesan yang bagi saya sungguh berharga, hingga hati saya terketuk sedalam-dalamnya.

 Ia mengatakan "kamu perlu tau, begitu banyak orang lain yang menginginkan posisi yang sedang dirimu alami saat ini, dan orang yang selalu berjuang untuk dirimu hingga sekarang, yaitu ibumu!. Berapa banyak waktu yang kamu luangkan untuk menyelesaikan tugas akhirmu? Berapa banyak waktu yang kamu keluarkan untuk aktivitasmu terhadap teman-teman dan sosialmu? Mungkin itu tak menghabiskan waktu 24 jam, karna kamu butuh tidur selama 8 jam berikutnya. Lalu, siapa yang sanggup bekerja lebih dari 24 jam itu?, yaitu ibumu. 

Kamu melihat ibumu terbangun, bekerja, mengelola rumah tangga, menyiapkan semua kebutuhan kamu, hingga ia tertidur juga tetap memikirkan kamu. Ia sosok yang yang paling dekat dengan kamu nak. Taukah kamu, kalau ia menginginkan kamu sukses?. Taukah kamu, kalau ia ingin menjadi pahlawan tanpa balas jasa untuk kamu?. Hanya satu balasan untuknya, melihat kamu sukses dan bahagia".

Setelah saya meninggalkan perbincangan tersebut, lalu saya berpikir dan meresapi apa yang telah dosen saya pesankan kepada diri saya. Saya teringat saat saya diawal masuk kuliah. Ibu saya mengatakan tidak memiliki biaya untuk perkuliahan saya, tetapi saya tetap menginginkan duduk di bangku perkuliahan. Saya berusaha untuk mendapatkan beasiswa. 

Syukur alhamdulillah atas rezeki dari tuhan, saya mendapatkan kesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi di salah satu universitas di kota medan dengan beasiswa Bidik Misi dari Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi Republik Indonesia. Saya teringat ketika itu, ibu saya sungguh senang mendengar berita kalau saya dapat melanjutkan pendidikan secara gratis. Saya bersyukur atas nikmat yang tuhan berikan kepada saya.

Tidak putus disitu, disela saya menjalani perkuliahan. Saya terkendala biaya untuk uang ujian semester yang akan saya ikuti. Saya meminta bantuan ibu saya untuk menambahi uang tabungan saya senilai Dua Ratus Ribu Rupiah. Syukur, ibu saya bersedia untuk membantu saya.

 Keesokan harinya saya berangkat menuju kampus untuk kuliah, akan tetapi pada saat itu dosen saya tidak masuk kelas karena berhalangan hadir. Saya memilih untuk langsung pulang ke rumah untuk menghemat pengeluaran saya diluar. Di tengah perjalanan, saya melihat ibu saya baru keluar dari tempat pegadaian yang tak jauh dari lingkungan tempat tinggal kami, dan saya langsung menghampirinya saat itu. Kami pulang bersama menuju rumah yang kami kontrak lebih dari 3 tahun.

Sesampainya dirumah, saya masih terheran dan bertanya kepada ibu saya "umi tadi kepegadaian ada keperluan apa?". Ibu saya terdiam dan menjawab dengan nada rendah "tadi umi menggadaikan cicin emas umi, untuk ujian kamu pekan depan. Umi belum gajian, dan saat ini umi belum ada uang tabungan dan umi tidak mau kamu tidak bisa ujian karna kekurangan biaya, sebisa mungkin umi akan bantu". Saya seketika terdiam dan berkata didalam hati "ya allah, hanya Dua Ratus Ribu Rupiah saja ibu saya harus menggadaikan cincinnya?". Saya hanya bisa merenung saat itu.

Saya merasakan bagaimana peran ibu sangat berarti bagi diri saya pribadi. Ia adalah sosok terhebat dalam hidup saya. Ia merelakan apa yang ia punya untuk diri saya. Ibu saya seorang perawat di salah satu Rumah Sakit Daerah di Kota Medan yang sudah lebih dari 10 tahun menjadi tenaga honorer. Saya mengetahui berapa besaran penghasilan ibu saya perbulan. Seketika pesan dosen saya mengingatkan peristiwa perjuangan yang ibu saya lakukan untuk diri saya.

Kita harus mengetahui siapa yang membantu kita menuju kesuksesan, dan untuk siapa kita persembahkan kesuksesan itu. Seorang ibu memang berperan dibalik layar, sehingga kita kerab tak sadar akan perjuangan ibu yang telah diberikan kepada diri kita. Semoga kita tetap menghargai perjuangan seorang ibu ketika mata kita masih bisa terbuka dan melihat matanya tertutup akan usia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun