Pak Jokowi tahu betul sejak masih jadi walikota Solo.
Bahwa industri mobil dalam negeri adalah jalan menuju negara industri yang diharapkan akan banyak serap tenaga kerja , pasar yang luas , Â meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan tehnologi nya tidak terlalu tinggi amat bagi negara sedang berkembang seperti Indonesia.
Makanya ,waktu dia dengar anak Esemka Solo ,mampu merakit sendiri mobil sampai bisa jalan , pak Jokowi senang bukan kepalang.
Industri pembuatan mobil dalam negeri , Â seharusnya tiap negara harus punya. Yang di desain , di buat komponen nya dan di rakit sendiri oleh putra bangsa.
Roda ekonomi bisa ikut bergerak. Karena setiap komponen , dibuat oleh pabrik yang berbeda. Â Dan itu menyerap tenaga kerja. Dari komponen body mobil , ban , shock breaker , rem , dashboard , kemudi , tangki BBM ,lampu , indikator panel ...dst .
Pak Harto sebenarnya sudah memulai mobil nasional dengan sangat serius  , yaitu proyek Mobil Timor nya waktu tahun 1996 bekerjasama dengan Korea. Cuma karena krisis moneter , proyek itu kandas.
Padahal untuk niat luhur itu , Pak Harto keluarkan Keppres dan Perpres supaya lancar jaya proyek Timor.
Setelah puluhan tahun, Pak Jokowi memulai lagi. Tanpa bantuan kepres . Â Tapi tegas mendorong. Bukan sebagai mobnas ,tapi sebagai industri pembuatan mobil dalam negeri yang nanti nya akan di desain , dibuat dan di rakit dalam negeri.
Ini sebuah awal menuju kemajuan . Dan tidak hanya bisa tergantung seorang presiden saja. Tapi seluruh komponen bangsa harus punya visi yang sama.
Lebih baik terlambat memulai ,daripada tidak sama sekali. Â Kalau bukan sekarang kapan lagi !
Ayo mahasiswa dan anak Esemka , Â mulai belajar ..kerja ...belajar .
Kerja ....kerja . Â Hingga Indonesia jaya !!!
Belajarlah dari kebangkitan negeri China !