Sebutan "Mental tempe" diidentikkan dengan mental yang "payah". Padahal zat gizi tempe (olahan kedelai) cukup baik untuk kesehatan kita. Di Jepang, konon tempe sudah banyak diteliti dan divariasi olahannya. Begitu juga dengan tahu dan olahannya, tak hanya lezat disantap, bahkan sudah menjadi sebuah ikon kota tertentu. Sebutlah tahu Sumedang, atau tahu pong Semarang.
Dan, kegemaran saya mengonsumsi tempe, tahu, dan olahannya semakin bertambah ketika suatu saat saya membaca faksimili dari Prof. Darwin Karyadi, pakar gizi Indonesia. Isinya kurang lebih sbb.
"Pengetahuan Mutakhir Peranan Isoflavon Dalam Kedelai yang Disebut “Miracle Golden Bean” untuk Pencegahan Penyakit Degeneratif"
Pada tanggal 25 Juni 2009 di Jakarta, diselenggarakan pertemuan ilmiah tentang zat khusus dalam kedelai disebut isoflavon sebagai fitoestrogen dalam kerangka pencegahan penyakit degenertif seperti kanker payudara, paru, perimenopause, diabetes, osteoporosis, atherosclerosis bahkan kemungkinan kepikunan, dimensia.
Kajian ilmiah dari segi data penelitian epidemiologi, sebenarnya telah pula digelar di Bangkok dan Tokyo tahun lalu. Adapun sorotan zat isoflavon terungkap mekanismenya terdiri dari komponen genistein, daidzei dan glisetein memiliki aktivitas biologis khususnya berkhasiat antimutagenesis atau efek antikanker dalam mencegah kerusakan oksidatif DNA, sehingga implikasinya sangat luas dan strategis dari sudut pandang tekno-ekonomi maupun kesehatan.
Pengembangan dari kedelai serta produk-produk derivatnya seperti susu kedelai, kudapan (snack) dari kedelai, sebagai pangan fungsional sangat dianjurkan.
Berdasarkan penilaian tersebut makan American Heart Association, National Cancer Institute, American Dietetic Association merekomendasikan agar makanan sehari-hari paling sedikit mengandung satu jenis produk olahan kedelai.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H