Mohon tunggu...
Gunawan Sriwibowo
Gunawan Sriwibowo Mohon Tunggu... profesional -

Insan biasa yg mencoba berbagi hal2 melingkupi kita walaupun kecil namun insyaAllah ada manfaatnya.....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengapa Islam Mengharamkan Patung?

14 Januari 2011   08:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:36 1523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mengapa patung manusia atau binatang diharamkan dalam Islam. Bahkan walaupun hanya dalam bentuk suvenir (gantungan kunci misalnya)? Inilah cukilan khotbah Jumat 15 Januari 2011 oleh khotib ustadz Mubarok Santoso.

Dosa paling besar dan tidak diampuni oleh Tuhan adalah dosa syirik, dosa menyekutukan Tuhan.  Betapa syirik itu akan membuat amalan dan ibadah seorang manusia, seberapa pun hebatnya, akan sia-sia belaka. Seorang manusia yang sampai akhir hidupnya masih menyekutukan Tuhan (musyrik) maka Tuhan tidak akan mengampuni dosa-dosanya.

Dalam Firman-NYa di surat Al-Qashash (88): Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, tuhan apapun yang lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nya lah segala penentuan, dan hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan.

Firman itu menyiratkan bahwa Tuhan tidak hanya menyeru umat manusia, tetapi juga khususnya kepada Nabi Muhammad sendiri SAW mendapat peringatan, bahwa bila menyekutukan Tuhan akan menjadi orang merugi di akhirat nanti. Betapa Allah sangat menekankan perihal dosa syirik itu. Tuhan tidak mentolerir penyekutuan atas diri-Nya.

Inilah tugas utusan Allah dari utusan yang pertama kali, Nabi Adam, hingga ke nabi terakhir Muhammad SAW. "Tiap-tiap umat itu ada utusan Allah (rasul). Orangnya disebut mursalin. Ajarannya disebut risalah. Semua utusan Allah itu intinya adalah ajakan untuk menyembah Tuhan dan menjauhi Thagut," begitu pesan sang ustadz.

Sebagaimana Firmah Allah dalam surat An Nahl (QS 16: 36). "Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).

Termasuk sampai pada utusan terakhir nabi Muhammad SAW.  Sebelum mendapat perintah sholat dan puasa, selama 13 tahun sebelum nabi Muhammad dan para sahabat menguatkan hati untuk tidak menyekutukan Allah dengan thaghut.  Mengapa dalam surat Al Baqarah: 256  disebut ingkar kepada Thaghut lebih dulu baru, beriman kepada Allah?  Artinya hati kita harus berih lebih dulu dari sifat-sifat Thaghut itu, Baru bisa beriman kepada Allah. Jika belum bersih dari sifat-sifat Thaghut, maka imannya keopada Allah adalah sia-sia belaka.

"Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Albaqarah: 256."

Arti secara bahasa dari Thaghut adalah ingkar dan melampaui batas. Ingkar, di mana jelas-jelas Allah telah melarang seuatu untuk dikerjakan, kita dengan sesadar-sadarnya malam melakukannya. Di mana Allah telah menganjurkan kita untuk melakukan sesuatu, eh.. malah kita dengan sadar tidak melakukannya. Sementar melampaui batas berarti, melampaui batasan ajaran Alquran dan sunnah. Alquran dan sunnah adalah batasan-batasan manusia menjalani hidup ini. Jika kita keluar dari batasan-batasan itu, maka kita telah melampaui batas, kita telah punya sifat Thaghut.

Sang ustadz menyampaikan ada 5 jenis thaghut, tetapi karena keterbatasan waktu ustadz hanya memaparkan makna yang pertama, yaitu patung.  Dahulu, ada patung yang namanya Al Lata dan Al Uzza. Patung itu berdiri di dekat Ka'bah di zaman sebelum ada nabi Muhammad SAW. Sesungguhnya waktu itu hanya untuk menghargai jasa (mengingatkan) kebaikan dari 2 orang dermawan di sana yang suka memberi roti dan gandum serta minuman bagi siapa saja, orang-orang yang melakukan ibadah di Ka'bah, secara gratis.

Patung Al Lata dan Al Uzza itu oleh generasi pertama hanya untuk mengingat kebaikan sang dermawan. Hanya itu.  Generasi kedua, 100 tahun kemudian, patung itu sudah mulai disanjung-sanjung. Dan sampai ke generasi ke-3 sudah disembah-sembah. Oleh karena itu Allah mengharamkan mengenang jasa seseorang dengan mambuat patung. Nabi Muhammad dan para sahabatnya, tidak pernah ada memerintahkan pembuatan patung, bahkan lukisan diri juga tidak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun