Apa itu Soto Pallbas? Bukannya Makassar terkenal dengan Coto dan Konronya... Begitu komentarku saat dipesani teman untuk mencoba Soto Pallbas. Untunglah akhirnya kesampaian juga menikmati Pallbas itu... Jika Anda ada kesempatan jalan-jalan ke Makassar, jangan lupa ke obyek wisata unik Air Terjun Bantimurung dan Trans Studio. Keduanya unik karena sulit ditemukan tandingannya di kota lainnya. Sementara wisata pantai atau peninggalan sejarah lainnya mungkin hampir bisa kita jumpai di kota lainnya. Bandara Hasanuddin Makassar pun hadir dengan nuansa yang sangat beda dengan bandara-bandara di Indonesia. "Ini benar di Makassar ya? Kok serasa di bandara luar negeri ya......," gelak teman kami saat pertama kali menjejakkan kaki di bandara ini. Memang benar adanya, bersih dan beda! Saat masuk masuk ke kawasan Air Terjun Bantimurung, keramaian pengunjung mengingatkanku pada obyek wisata di Ancol. Tapi jujur, pengaturan pemandian di sana memang agak sedikit terlihat sedikit kurang rapi dan bersih. [caption id="attachment_75472" align="alignnone" width="377" caption="Bantimurung in black & white 2003"][/caption] Dari Wikipedia, Air Terjun Bantimurung ini tingginya sekitar 15 meter, airnya jernih dan sejuk meluncur deras sepanjang tahun. Di bawahnya ada pemandian dari landasan batu kapur dan lapisan mineral akibat aliran air ratusan tahun. Kedalaman airnya antara mata kaki hingga ke pinggang. Di hari libur banyak keluarga yang membawa anak-anaknya untuk bermain air di sana. Di sana juga ada goa Mimpi dan goa Batu. Berada di Kecamatan Bantimurung, Maros, 20 km dari Bandara Hasanuddin dan 50 km dari Makassar. Dapat dicapai 1 jam-an dengan mobil dari Makassar, atau dengan pete-pete (mikrolet) atau bus wisata dari bandara sekitar 30 menit. Tiket dewasa hanya 10.000 anak-anak 5.000, turis mancanegara 20.000. Keistimewaannya, selain air terjun mempesona, kawasan Air Terjun Bantimurung juga jadi habitat berbagai spesies kupu-kupu langka. Pemerintah Belanda pernah menjulukinya "Kingdom of Butterfly" dan naturalis asal Inggris, Alfred Rassel Wallase, pernah meneliti 150 spesies kupu-kupu langka. Hingga saat ini, kita masih dapat menyaksikan indahnya warna-warni spesies kupu-kupu berterbangan ke sana-ke mari di antara bunga-bunga dan semak-belukar gunung batu Bantimurung (Wikipedia). Selain mempelajari kehidupan kupu-kupu, kita juga bisa membeli kupu-kupu yang sudah diawetkan. Sayang sekali, aku ndak bisa lama-lama di Bantimurung, harus segera bertemu orang di sana. Teman-temanku di sana pun, sangat akrab dan tidak berubah. Dulu waktu kuliah seperti itu, eh ketika jadi seorang wakil rakyat pun sikapnya masih belum berubah. Namanya Amri Yusuf. Aku bilang dia "membumi". Untunglah aku sempat mampir ke rumahnya sebelum pergi Bantimurung tadi. Jadi sempat bernostalgia sebentar, bercanda, dan dibeliin gado-gado dari warung di depan rumahnya. Diapun menelepon teman kami lainnya untuk "menyambut" kedatanganku. "Ini ada tamu temen kita dari Jakarta... Ya.. ditraktir makan malam lah... atau apa," kata Amri di telepon. Lalu kami pun janjian untuk bertemu. Ketika aku mau mengunjungi TRANS Studio World, masih ada pembangunan lapangan parikir di sana-sini. Belum lagi pelayanan petugas keamanan yang lumayan kaku. Jadi aku urungkan untuk masuk. Toh aku dah dapat gambaran dari tayangan di tivi. Yang aku tahu Harga tiket masuknya termasuk premium Rp100.000 untuk 15 wahana permainan. Tiba waktunya aku dijemput dari Hotel oleh sahabatku, dan makan malam di Mall terbesar di dekat hotel. Ngobrol sana-sini, aku sempat bertanya tentang Trans Studio. Ia asli Kalimantan, kebetulan ia bekerja di Makassar. [caption id="attachment_75471" align="alignnone" width="292" caption="Bersama Agus Salim di Makassar 2010"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H