Mohon tunggu...
Gunawan Sriwibowo
Gunawan Sriwibowo Mohon Tunggu... profesional -

Insan biasa yg mencoba berbagi hal2 melingkupi kita walaupun kecil namun insyaAllah ada manfaatnya.....

Selanjutnya

Tutup

Money

DPR Juga Perlu Punya Self-leadership?

12 April 2011   02:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:54 763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Memimpin diri sendiri sebelum memimpin orang lain. Memahami diri sendiri sebelum memahami orang lain. Begitu pesan intinya. Membaca-baca file lama nemu tulisan tentang kepemimpinan. "

Pemimpin adalah siapa saja yang bisa memberikan arahan dan dukungan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu sasaran. Setiap orang punya potensi menjadi pemimpin. Asalkan ada kemauan dan mau belajar, jiwa kepemimpinan dapat diperoleh melalui serangkaian pengalaman.


Bagaimana bila harus memimpin diri sendiri? Kenyataannya memimpin diri sendiri (selfleadership) tidaklah mudah. Memahami karakter orang lain mungkin tak jadi soal tapi tatkala harus memahami diri sendiri kadang seseorang mengalami cukup kesulitan. Jika sudah demikian, kuncinya tentu adalah kejujuran terhadap kekurangan dan kekuatan yang ada dalam diri kita masing-masing.


Self leadership adalah proses mempengaruhi diri sendiri untuk menetapkan tujuan dan memotivasi diri yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Selfleadership seseorang akan mempengaruhi sikap mentalnya dalam melakukan pekerjaan dan penanaman nilai-nilai diri.



Job SatisfactionSelf Efficacy



Selfleadership



Mental Performance






Untuk memimpin diri sendiri, seseorang harus memiliki 3 keterampilan yaitu:

1.Melawan asumsi pembatas.

Asumsi pembatas adalah keyakinan yang dimiliki seseorang yang didasari pengalaman masa lalu yang membatasi pengalaman masa kini dan akan datang.


Contoh, waktu kecil A pernah jatuh dari sepeda. Lukanya cukup parah hingga membuatnya trauma. Inilah titik di mana A tidak mau naik sepeda lagi. Ia merasa tidak memiliki kemampuan mengendarai sepeda karena pernah jatuh dan terluka. Di pekerjaan juga demikian. Seseorang yang pernah gagal menjalankan suatu tugas menganggap itu sebagai bentuk ketidakmampuannya sehingga ia beranggapan akan gagal lagi bila harus kembali menjalankan tugas yang sama.


Bagaimana cara melawan asumsi pembatas tersebut? Pada pinisipnya, keterbatasan bukan masalah. Yang menjadi masalah adalah kita berpikir hal-hal itu adalah satu-satunya sumber kekuatan yang tersedia bagi kita. Lalu bagaimana hubungannya dengan karakter?


Setiap orang punya karakternya sendiri-sendiri yang bisa disebut sebagai sebuah kelemahan. Misalnya pribadi yang tertutup (introvert), pemarah (hightemper), pelupa, dan sebagainya. Apabila tidak berusaha keluar dari kelemahan tersebut, itu akan selalu menjadi asumsi pembatas yang menghalanginya menjadi pribadi lebih baik. Tapi bila ia berusaha ‘keluar’ dari kekurangan tersebut semaksimal mungkin, itu tidak lagi menjadi asumsi pembatas.


2.Mensyukuri kekuatan diri

Ada5 kekuatan diri yang sebetulnya dapat dimanfaatkan setiap orang untuk mencapai tujuannya. Kelima kekuatan tersebut adalah:

a.Kekuatan Posisi

b.Kekuatan Pengetahuan

c.Kekuatan Hubungan

d.Kekuatan Tugas

e.Kekuatan Kepribadian


Kekuatan posisi adalah kekuatan yang dimiliki seseorang karena posisinya dalam suatu kelompok. Misalnya seorang atasan yang memiliki kekuasaan untuk meminta stafnya mengerjakan sebuah laporan.


Kekuatan pengetahuan adalah kekuatan yang dimiliki seseorang karena ilmu atau pengalaman yang dimilikinya. Misalnya seorang dosen dapat memberikan nilai baik atau buruk atas tugas mahasiswanya karena ia memiliki pengetahuan yang lebih tinggi dibanding mahasiswanya.


Kekuatan hubungan adalah kekuatan yang dimiliki seseorang karena memiliki hubungan atau networking dengan pihak lain yang dapat mendukungnya. Misalnya seorang Public Relations yang memiliki hubungan baik dengan wartawan sebuah media. Ketika perusahaan tempat PR tersebut digoncang isu negatif yang dapat diketahui publik, atas hubungan baiknya dengan wartawan ia dapat meredam berita tersebut sehingga tidak sempat dimuat di media. Contoh lain adalah seseorang yang direkrut sebuah perusahaan karena hubungan keluarga yang dimilikinya dengan pemilik perusahaan.


Kekuatan tugas adalah kekuatan yang dimiliki karena tugas-tugas yang diberikan kepadanya, baik terlegitimasi ataupun tidak. Misalnya seorang polisi dapat memberikan surat tilang kepada pengemudi yang melanggar aturan lalu lintas, atau seorang sekretaris yang dapat mengatur jadwal atasannya setiap hari.


Kekuatan kepribadian adalah kekuatan yang dimiliki seseorang karena sifat-sifat (kepribadian) yang melekat padanya. Misalnya seorang salesman yang memiliki kepribadian terbuka (ekstrovert) dan pandai berbicara tentu akan lebih mudah mempengaruhi calon konsumennya dibanding salesman yang memiliki pribadi pendiam dan tertutup. Berkaitan dengan kepribadian, menurut Willian Martson manusia dapat dilihat dari dua sisi yaitu:


  • Faktor biologis yang mempengaruhi perilaku (aktif dan pasif)
  • Faktor sosial yang mempengaruhi pribadi menjadi menyenangkan atau tidak.


Tipe kepribadian manusia sendiri dapat dibagi menjadi 4 tipe yaitu: Dominant,Influence, Steadiness, dan Compliance.


Pribadi yang dominant adalah pribadi yang aktif dan mengedepankan kekuasaan sebagai motivatornya. Tak peduli lingkungan kondusif atau tidak untuknya, tipe dominant selalu ingin memimpin dan berkompetisi. Orang dengan tipe dominant cenderung suka dengan tantangan, inovasi, prestasi, dan kesempatan untuk berkembang. Dalam bekerja, tipe ini cenderung mengambil otoritas, mengutamakan hasil, dan dapat mengambil keputusan dengan cepat.


Tipe influence adalah tipe pribadi aktif yang membutuhkan lingkungan yang menyenangkan. Motivasi utamanya adalah penghargaan. Ia butuh penerimaan dan kegiatan berkelompok, menyukai kebersamaan, hubungan bersahabat, popularitas dan tipe ini adalah tipe atasan yang demokratis. Dalam bekerja ia termasuk easy going, pandai mengungkapkan kata-kata dengan baik, memotivasi orang untuk bertindak namun kurang dalam hal manajemen waktu.


Tipe steadiness adalah tipe pasif yang menyukai kenyamanan/keamanan, lingkungan yang stabil, ketenangan, dan status quo. Ia selalu bertindak berdasarkan prosedur standar, memperlihatkan kesabaran dan pendengar yang baik. Saat bekerja tipe steadiness akan menjalankan pola kerja yang diterima oleh umum, loyal, konsentrasi, mengembangkan keahlian khusus, tetap tenang dan konsisten saat berada di bawah tekanan.


Tipe compliance adalah karakter yang perfeksionist. Menyukai keteraturan, SOP, dan lingkungan yang aman. Cenderung pasif dan menginginkan adanya kejelasan. Dalam melakukan pekerjaan, tipe compliance bertindak sesuai aturan main, detail, dan penuh perencanaan. Orang dengan karakter compliance cenderung tidak menyukai perubahan yang mendadak.




3.Bekerja sama untuk mencapai sukses

Kerja sama adalah salah satu keterampilan yang harus dimiliki setiap orang agar mampu bertahan dalam suatu lingkungan atau kelompok sosial. Pada lingkungan pekerjaan, kerja sama merupakan hal yang mutlak dilakukan agar tujuan dapat tercapai maksimal.


Agar kerja sama terjalin dengan efektif, perlu adanya rasa saling memahami antara sesama rekan kerja, terutama antara atasan dan bawahan, sehingga tercipta suasana kerja yang kondusif dan menyenangkan bagi kedua belah pihak. Untuk mendapatkan kerja sama yang baik, seseorang harus tahu terlebih dahulu bagaimana kemampuan dan komitmennya terhadap pekerjaan, dan apa yang harus dilakukan pemimpin terhadap hal tersebut.


D1

Kemampuan rendahPemula yang Directing

Komitmen tinggiantusias


D2

Kemampuan rendah-sedangPembelajar yang Coaching

Komitmen rendahkecewa


D3

Kemampuan sedang-tinggiPelaksana yang Supporting

Komitmen tidak menentumampu tapi ragu


D4

Kemampuan tinggiPencapai mandiriDelegating

Komitmen tinggi


Dalam bekerja seseorang bisa berada dalam salah satu kondisi di atas. Ia bisa ‘stagnan’ di salah satu kondisi tersebut, lompat ke kondisi yang lebih baik, atau justru terjun ke kondisi yang lebih buruk. Misalnya A dimutasi ke pekerjaan lain. Walaupun ia memiliki komitmen tinggi terhadap pekerjaan barunya, A masuk ke lingkup kondisi pekerjaan baru yang menuntutnya belajar lagi. Kemampuannya menjadi kembali rendah sehingga butuh pemimpin yang mengarahkan (D1).


Sebaliknya, B memiliki kemampuan dan komitmen rendah dalam pekerjaan. Tipe seperti ini harus memiliki atasan yang dapat berperan sebagai pembimbing agar B mampu mengalahkan kekurangannya tersebut (D2)


Untuk kasus di mana seseorang memiliki kemampuan bekerja yang cenderungtinggi tapi komitmennya tidak dapat dipastikan, sebaiknya pemimpin melakukan dukungan terhadapnya agar ia merasa dihargai agar komitmennya terhadap pekerjaan berada di titik yang tinggi (D3).


Apabila seseorang sudah memiliki kemampuan dan komitmen yang tinggi dalam melakukan pekerjaannya, pemimpin tinggal bersikap delegatif dan memperlakukannya sebagai orang yang mandiri dan dapat diandalkan (D4).


Pada intinya, setiap orang bisa menjadi pribadi yang menyenangkan dan pemimpin yang baik. Oleh sebab itu, kejujuran menilai diri sendiri, mau meningkatkan kemampuan dan memperbaiki kelemahan merupakan kunci kesuksesan seseorang dalam bekerja dan berkehidupan sosial. 



(Sumber: tugas menulisku dalam sebuah pelatihan internal perusahaanku)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun