"Nanti di sana ketemu dengan Pak Reno (samaran).... bilang tamu dari temannya Pak Julian (samaran temanku).....Dah ditungguin di sana..." pesannya.
Rencana sampai kantor imigrasi jam 8 kurang jadi lewat. Salah masuk dari belakang. Loh kok sepi? Benar juga ternyata itu pintu belakang. Putar ke depan.... waaahhh ternyata sudah ada antrian panjang.. di luar pintu..... Wah bakalan antri juga nih kayaknya.... Teringat pesan temanku untuk menghubungi Pak Reno, aku coba tanya di petugas satpam di dalam ruangan nanya Pak Reno. "Oh.. tunggu saja di sini pak, duduk dulu deh pak di kursi itu..... nanti Bapak juga dipanggil..." begitu pesannya. Lega pertama, karena ternyata aku tak jadi antre.
Tak berselang lama, namaku dipanggil. "Oh.. ini ternyata Pak Reno. Masih muda juga," gumamku dalam hati "Sini-sini Pak.... Gimana bapak bawa dokumen aslinya kan...?" tanyanya. Aku menjawab pendek "Ya .. Pak " Aku diberi nomor antrian untuk foto dan interview. Diminta berdiri di depan pintu ruang foto. Setelah 3-4 orang dipanggil untuk foto, namaku dipanggil juga untuk foto dan sidik jari. Dalam hitungan menit aku dah selesai foto dan interview. Kemudian duduk di luar menunggu giliran interview.
Aku lihat orang dah pada antre di ruangan itu. Pagi yang benar-benar semrawut. Penuh dengan orang dalam ruangan yang tidak begitu luas. Aku mengamati display nomor antrean. Terpajang nomor antrean baru nomor 2 untuk interview.
"Wah... bisa jadi siang.. nih mbak kita pulang ke kantornya.. nomor antrean kita 24.. sementara tadi yang dipanggil baru nomor antrean 2..." kataku pada teman sekantor yang kebetulan mengurus paspor bareng aku dengan jasa yang sama.
"Iya.. apa sih yang ditanyain..." kok lama sekali.
Belum lama berkata seperti itu.. Eh aku dah dipanggil dengan kode dengan tangan. Untuk masuk ruang interview sekaligus berdua.Tak berapa lama, mungkin cuma 3-5 menit, tandatangan, dan ditanya ini itu. Dah beres...
"Keluar dari ruang interview di antar Pak Reno. Sudah pak sudah selesai tinggal tunggu nanti paspornya akan diberikan oleh Pak Julian.." katanya.
"Bener nih Pak sudah.... Oh ya sudah kami pamit dan terima kasih Pak... " kataku seakan tak terpercaya begitu cepatnya kami selesai urusan di sana (rasanya hanya berkisah 1 jam-an). Aku bilang begitu sambil mengingat orang-orang pada antri di luar (aku sih melihat untuk dicek kelengkapan syarat-syarat dokumen yg di bawa).... ngantre untuk bayar di loket, ngantre untuk foto dan interview, dan tentu ngantre untuk ambil paspor yang telah jadi.....
Kesimpulanku, Pak Reno memberikan jasa untuk menggantikan aku untuk antre di bagian-bagian itu. Jadi aku datang itu sudah tidak perlu antre lagi, tinggal foto, sidik jari dan interview. Yang susah-susah, seperti antrenya, sudah dijalani oleh orang lain. Aku tinggal enak-enaknya. Dan untuk itulah pemberi jasa itu dibayar. (Nyerahin berkas tanggal 4, foto & interview tanggal 9, dan paspor siap/jadi tgl 15.)
Apa aku seperti Gayus? Dipikir-pikir sih.... kayak menikmati fasilitas Gayus, padahal sebenarnya TIDAK begitu. Jelas beda! Para pemberi jasa itu, mereka (Pak Reno dan Pak Julian), dibayar atas jasanya dan keringatnya juga (bersusah-susah antre) dan mengurusi sana-sini di kantor imigrasinya.