Mohon tunggu...
Gunawan Sriwibowo
Gunawan Sriwibowo Mohon Tunggu... profesional -

Insan biasa yg mencoba berbagi hal2 melingkupi kita walaupun kecil namun insyaAllah ada manfaatnya.....

Selanjutnya

Tutup

Nature

Petani Menangis Karena Asal Semprot

14 September 2010   08:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:15 2196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Tidak semua tanaman rusak karena hama/penyakit. Tapi bisa jadi karena kekurangan unsur hara tertentu yang membuat tanaman seperti kena penyakit.

Jika kita mau memajukan para petani maka perlu kita mulai dari penambahan ilmu pengetahuannya, khususnya tentang teknik budidaya. Memang ada petani yang jago dan sudah makan garam pengalaman di lapangan, tapi tak sedikit yang buta pengetahuan, terutama pengetahuan tentang hal-hal baru terkait budidaya tanaman.

Para petani yang lugu dan para pemilik tanah yang kurang pengetahuannya. Klop sudah. Maka jika ada gangguan tanaman seperti : padi muda merah & mati, bulai jagung, daun cabe mengeriting, busuk tengah buah sawit, karet mati bidang sadap, gagal buah dan lain-lain, dianggap kena hama. Lalu mereka pun menyemprot dengan insektisida. Bukan hilang gangguan tanaman tersebut, justru tanaman akan menjadi mati. Apa salahnya?

Jelas, asal semprot dengan insektisida menjadi kurang tepat! Karena apa? Karena belum tentu gangguan tanaman disebabkan oleh hama dan penyakit. Seringnya gangguan seperti tersebut banyak diakibatkan oleh kondisi lingkungan yang buruk (masam) yang memacu pertumbuhan penyakit / cendawan atau keracunan sehingga tanaman tidak dapat menyerap unsurhara.

Ibarat gondok karena kekurang Iodium, kurang penglihatan karena kurang vitamin A, atau scorbut karena kurang vitamin C, tanaman itu bisa jadi mengalami gangguan karena kurang vitamin (atau disebut unsur hara). Jadi langkah penyemprotan dengan insektisida adalah salah total! Sudah begitu insektisidanya berbahan kimia, bukan alami (misalnya campuran daun sirsak, jahe, dll, yang ditumbuk halus).  Saya pernah menemukan kasus seperti langsung di lapangan di daerah Tangerang.

Yang dibutuhkan untuk kasus tersebut adalah bahan atau pupuk pelengkap yang mengandung unsur hara lengkap (makro & mikro) yang reaksinya alkalis mengatasi cendawan dan meningkatkan pH (menetralkan kemasaman) sehingga unsur hara tersedia.  Unsur haranya seperti N, Fe, Mg, Mn, dan Cu bisa meningkatkan jumlah khlorofil daun sehingga kemampuan memasak (fotosintesis) besar, daun tetap hijau dan tahan layu. Unsur-unsur mikro lainnya yang bisa meningkatkan sistem metabolisme & enzimatis dalam tanaman serta meningkatkan serapan pupuk NPK dan menyempurnakan makanan tanaman. DIa juga harus ramah lingkungan (bio-degradable) dan hasil tanaman bebas dari unsur-unsur logam berat yang bersifat karsinogenik.

Secara garis besar, apa yang perlu diperhatikan oleh para petani?

Pertama, petani harus menyadari kondisi tanah. Yang sudah tidak lagi subur dan bersifat asam, sehingga perlu diolah dan disuburkan kembali. Bisa dengan pemberian kompos atau bahan yang mengembalikan kenetralannya dan memperkaya unsur haranya kembali. Penamanan dan penanaman kembali tanpa memulai dengan konservasi tanah tentu akan membuat tanaman yang dibudidayakan tidak tumbuh optimal.

Kedua, harus disadari memelihara tanaman itu butuh makanan untuk tumbuh. Memang tanaman secara alami bisa tumbuh walau dibiarkan sekalipun. Tapi tumbuh yang seperti ini tentu tumbuh seadanya, tidak produktif. Semakin lengkap asupan zat gizi untuk tanaman, maka pertumbuhannya akan semakin bagus. Kesehatan tanaman bagus, dan daya tahan tanaman terhadap penyakit juga tinggi. Untuk ini pemupukan diperlukan dengan mempertimbangkan rasio efektifitas dan biaya.

Ketiga, pemilhan teknik dan waktu tanam yang tepat sehingga tercukupi pengairannya dan bisa mengendalikan hama & penyakit tanaman. Model tanam serempak dengan sistem SRI untuk padi misalnya akan mengurangi risiko hama dan meningkatkan produksi

Keempat rencana pemasaran hasil panen. Dengan pengetahuan yang cukup serta ketelitian dalam perawatan, bisa jadi hasil panen mempunyai keunggulan dibanding petani lainnya. Namun bagaimanapun rencana pemasaran yang tepat tentu akan memberikan hasil pendapatan yang lebih baik.

Jadi para petani kita yang tekun nampaknya tetap harus meluangkan sedikit waktu untuk mengikuti pertemuan-pertemuan (Bina Tani) agar pengetahun kecil khususnya yang terupdate bisa diketahuinya. Jangan sampai ia menangisi hasil panen  yang buruk karena asal (atau salah) semprot.

Nah apa tanda-tanda tumbuhan itu kurang unsur hara tertentu? Simak tulisan berikutnya....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun