Mohon tunggu...
joko agus gunawan
joko agus gunawan Mohon Tunggu... -

simple, interest to scene, bachelor of medicine

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

“ANTARA SUMPAH DAN SAMPAH PEMUDA”

29 Oktober 2010   01:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:00 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tak ada salahnya jika kita berhenti sejenak, mencoba merenungkan sejenak arti dari sejarah bangsa, mengurai kembali ingatan kita pada 28 oktober 1928. Dimana saat itu benih suatu bangsa mulai tumbuh dalam arti yang sebenarnya. Ketika itu, seluruh perhimpunan dan organisasi pemuda dari seluruh Indonesia yang dimotori oleh Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) menggagas diselenggarakannya kongres pemuda II. Yang di hadiri oleh berbagai organisasi kepemudaan, antara lain Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Sekar Rukun, PPPI, Pemuda Kaum Betawi, dll.

Apa yang melatar belakangi diselenggarakan kongres tersebut? Tak lain adalah kondisi bangsa yang sudah ratusan tahun menderita dibawah pemerintahan kolonial. Tiga abad lebih sudah bangsa Indonesia mengalami keterpurukan, apakah selama itu bangsa ini tidak berjuang? Jawabnya jelas tidak. Bangsa ini sudah berjuang, tak sedikit patriotnya yang telah gugur. Diponegoro, Cut nyak dien, Patimura, Imam Bonjol, dan Antasari adalah sebagian dari kisah kelam sejarah perjuangan bangsa ini. Kegagalan perjuangan mereka menunjukkan ada sisi yang kurang. Ternyata keberanian, tekad yang kuat dan semangat tak takut mati tak cukup untuk memerdekan bangsa ini. Satu hal penting tidak ada pada masa itu, yaitu “persatuan kebangsaan Indonesia”. Perjuangan mereka masih bersifat kesukuan, kedaerahan, golongan dan keagamaan. Itulah yang menyebabkan bangsa ini tak kunjung lepas dari “kungkungan” penjajahan.

Berangkat dari permasalahan itu, para pemuda pemuda Indonesia yang dimotori oleh Sugondo Djojopuspito, Moehammad Yamin, Poernomowoelan, Sarmidi Mangoensarkoro dan Sunario merasa terpanggil jiwanya untuk menelaah dan merumuskan kembali arah perjuangan bangsa. Mereka berdiskusi bersama mencurahkan segala pemikiran, mereka mencoba menggali persamaan dari segi sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan dan kemauan hingga akhirnya terwujudlah semangat untuk bersatu sebagai bangsa Indonesia yang tertuang dalam “Sumpah Pemuda”. Itulah sejarah riil perjuangan bangsa kita.

Namun apa yang kita lihat hari ini, semangat sumpah pemuda sepertinya sudah terkubur dalam dekade sejarah dan tertimbun dalam manuskrip di ujung lorong perpustakaan saja. Banyak sekali bermunculan golongan pemuda yang malah menggoyang persatuan kita. Diantara mereka ada yang mengatasnamakan diri dengan “merk” keagamaan, kemudian mereka meneror saudara sesama agama dan juga agama lainya hanya karena beda secara prinsip pemikiran yang di anut, dengan semena-mena menghajar saudara sebangsanya tanpa mengindahkan etika dan moral hukum yang berlaku. Dan lebih parahnya lagi membenarkan tindakannya tersebut dengan “topeng “ atas nama penegakan hukum tuhan.

Ingatlah kawanku, tak ada satupun agama yang mengajarkan umatnya untuk berbuat kerusakan. Kalian yang mengaku sebagai pemuda-pemuda beragama seharusnya menjadi panji generator terdepan penggerak perdamaian sehingga membawa bangsa ini menjadi bangsa yang dirahmati tuhan. Kalian pemuda-pemuda yang mengaku beragama seharusnya menjadi pengayom bagi saudara seagamanya sekaligus toleran kepada pemuda-pemuda agama lain. Kalian harus menerima kenyataan sejarah bahwa bangsa ini dapat merdeka bukan karena persamaan dalam segi agama dan kepercayaan. Berhentilah menebar konflik dan membangunkan luka lama sejarah pertikaian agama bangsa ini.

Merasa banggakah kalian menghajar dan menyakiti saudara se-agama kalian? Merasa menangkah kalian dapat menumbuhkan ketakutan diantara saudara sebangsa kalian? Ingatlah kawanku, kalian bukan harimau dinegeri ini, kalian bukan binatang buas yang tega memakan “daging” saudara kalian sendiri. Kalian adalah manusia yang mengedepankan moral dan etika, kalian dikaruniai otak untuk berfikir dan menimbangsegala sesuatu sebelum bertindak, kalian mempunyai rasa dan nurani , jangan pernah tinggalakan itu. Berhentilah saling menyalahkan, berhentilah merasa benar, tak ada kebenaran mutlak didunia ini karena kebenaran sejati adalah milik tuhan semata.

Tak berhenti disitu saja, pemuda-pemuda dari papua dan Maluku mulai “tergelitik” hatinya untuk memerdekakan diri dari kesatuan RI, kemudian berperang dan saling bunuh seakan nyawa tak ada harganya, kalian lupa bahwa yang kalian bunuh itu adalah saudara setanah air kalian. Kalian lupa bahwa yang kalian hilangkan nyawanya adalah keturunan patriot-patriot bangsa yang darahnya tumpah karena berjuang memerdekan bangsa ini. Mari kita kembali kepada sejarah, mengapa Indonesia bisa dijajah sampai ratusan tahun oleh bangsa asing? Itu karena kita mudah sekali di adudomba, kalian lupa “Devide et impera” politik memecah belah yang membuat Belanda mampu bercokol di Indonesia selama 350 tahun, adalah hasil keputusasaan mereka berperang melawan kita, yang menghasilkan penelurusan tentang jati diri. Ingatlah ucapan pendiri bangsa ini “JASMERAH” jangan sekali-kali melupakan sejarah.

Dari sisi moral bangsa, banyak sekali pemuda pemudi yang mulai terjangkiti perasaan “malu” terhadap budaya warisan leluhurnya sendiri. Merasa tidak “Percaya Diri” untuk memakai hasil karya saudara sebangsanya, sehingga mengadopsi budaya dan kreatifitas bangsa lain dalam bentuk sikap dan perilaku dalam keseharian.

Memang tak ada salahnya berprilaku dan berbudaya seperti bangsa lain, tapi alangkah mulianya bila kita bersikap “mendahulukan dan menjaga nilai budaya leluhur kita yang baik dan mengambil nilai dari budaya baru yang lebih baik”

Ingatlah kawanku, di dadamu tersemat masa depan bangsa ini, kalianlah pewaris negeri ini dikemudian hari. Marilah kita bangkit, kita mulai bersama “menumbuhkan kepercayaan diri kita” sebagai bangsa yang berdaulat dan merdeka. Jika kalian tidak percaya terhadap kualitas bangsa kalian sendiri bagaimana mungkin bangsa lain akan mempercayai dan menghormati kita?

Kepercayaan , persatuan dan kebangsaan Indonesia adalah hasil pikiran dan kemauan sejarah yang sudah beratas-ratus tahun umurnya. ”Semangat yang selama ini tertidur itu sekarang telah bangun, inilah yang dinamakan roh indonesia “. Kitalah indonesia-indonesia muda, “we are youth of the nation” , kita punya sejarah, bahasa dan tanah air yang sama, kita juga punya musuh yang sama hari ini, yaitu “kebodohan dan kemiskinan”.

Negeri ini didirikan dari “sumpah-sumpah pemudanya” jangan lah menjadi “sampah-sampah” yang mengotori sejarah bangsa ini. Mari kita kembali kepada “khittah” perjuangan pemuda 1928, mari kita ikrarkan kembali dihati kita masing-masing bahwa:

Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.

Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.

Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Batu Kajang, 28 Oktober 2010

Joko Agus Gunawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun