PALING INDONESIADIBALIK PISANG ?
In brief, nationalism is a theory of political legitimacy, which requires the ethic boundaries should not cut a cross political ones( Gellner, 1997)
Mendiskusikan tentang “paling Indonesia” berarti kita sedang menggugat keindonesiaankita yang semakin tipis, karena dampak dari revolusi teknologi informasi. Hal ini terbukti dengan apa yang kita lihat sehari-hari di depan mata kita. Apakah benar kita “paling Indonesia” yang ternyata dalam berbusana, berbelanja, makan-minum, berteknologi atau berkendara kita lebih bangga menggunakan merek impor daripada merek Indonesia ? Kita merasa bangga kalau membeli atau menggunakan barang merek impor. Tampaknya ada krisis “keindonesiaan” atau ‘kepemilikan sebagai bangsa Indonesia’ diantara kita, namun ironinya kita tidak menyadarinya atau acuh tak acuh. Darimana datangnya krisis “paling Indonesia”ini ? Ada yang mengatakan karena pasar global dan terjadinya revolusi teknologi informasi yang merasuk ke masyarakat dan kita tidak siap menghadapinya. Dengan adanya revolusi TI, maka masyarakat secara transparan dapat mengakses informasi di belahan dunia lain dengan biaya yang murah. Namun dampak dari adanya revolusi teknologi informasi tersebut batas antar Negara dan batas antar budaya menjadi ‘tidak ada’. Hal ini terbukti dengan bocornya rahasia negara yang disebarluaskan melalui Wikileaks. Orang dengan seenaknya mempublikasikan rahasia Negara atau rahasiapribadi ke internet yang berdampak pada labilitas politik dan sosial dalam masyarakat.
Dalam gerusan revolusi teknologi informasi tersebut Telkomsel hadir di Indonesia bak gadis yang cantik dan ranum dengan pelanggan 100 juta orang. Kehadirannya diusia yang ke 16 tahun ibarat seorang gadis molek yang sedang mencari jati dirinya. Kalau Telkomsel tidak mampu merumuskan dengan benar tentang jati dirinya memasuki pasar global,maka akan berdampak pada penurunan kualitas produk dan layanan yang pada gilirannya akan ditinggalkan pelanggan. Jati diri bagi perusahaan sangat penting, karena hal ini menentukan masa depan dia mau kemana dan untuk apa dia ada. Jati diri perusahaan ialah suatu pedoman yang mengkristal dalam corporate culture atau corporate values. Kalau Telkomsel ingin menjadi “paling Indonesia” itu artinya menurut penulis ada dua hal, yakni (1) Telkomsel sedang menggugat dirinya atau (2) menunjukkan positioning dirinya terhadap pesaingnya. Pertama, Telkomsel sedang menggugat dirinya, karena adanya desakan pihak tertentu untuk menjual saham Telkomsel ke investor asing. Kalau saham Telkomsel ini dijual ke investor asing, maka jati diri Telkomsel yang paling Indonesia bisa luntur, sebab pemilik modal asing akan mendiktekan kebijakannya yang tentu bisa tidak sesuai dengan kebijakan orang Indonesia. Dalam dunia bisnis jual beli saham perusahaan adalahhal yang biasa.Namun penjualan saham Telkomsel ke investor asing dapat mengaburkan nasionalisme dan idealismenya. Kedua, dengan positioning “paling Indonesia” hal ini untuk menunjukkan diri kepada para pesaingnya bahwa Telkomsel beda dengan mereka, karena selama ini telah merebut jutaan hati rakyat Indonesia. Dengankata lain Telkomsel secara kuantitas menggungguli pesaingnya, namun hal ini bisa membahayakan kalau tidak diimbangi dengan kerja keras dan pelayanan yang berkulitas.
Untuk tetap mempertahankan paling Indonesia Telkomsel harus belajar dari falsafah pisang. Mengapa belajar dari falsafah pisang ? Pertama, pisang itu tanaman rakyat, gampang ditanam dan dipelihara. Tinggal tanam tunas dan tidak perlu perawatan yang khusus, dia akan tumbuh dengan sendirinya. Apa yang dapat kita petik maknanya dari hal ini ialah pisang itu merakyat. Perusahaan Telekomunikasi yang menyentuh hati rakyat, gampang, murah dan bagus pelayanannya, dia akan unggul, Tampaknya sebagai BUMN unggulan yang memiliki mental priyayi ini harus ditebas dan hal ini dapat dimulai dari para komisaris, direksi, manajer dan seluruh staf di Indonesia. Mereka ini jangan hanya duduk berpangku tangan. Mereka harus turun ke desa-desa atau pedalaman untuk menyerap aspirasi rakyat, khususnya agar sinyal Telkomsel tetap bisa diakses di pedalaman. Apa yang menyebabkan pelanggan Telkomsel pindah atau ganti nomor ke perusahaan lain ? Salah satunya ialah mental staf sampai direksinya tidak merakyat. Mereka merasa bekerja di BUMN yang 100 juta pelanggan. BUMN yang bekontribusi besar kepada Negara. Tidak butuh lagi melayani rakyat. Rakyatlah yang membutuhkan Telkomsel. Sikap atau mental seperti ini harus diubah, sehingga seperti pisang yang sederhana dan mudah ditemui. Ramah dan dibutuhkanoleh siapa saja. Menjauhi sikap arogan dan menang sendiri, tetapi mengembangkan sikap rendah hati, sehingga disenangi seluruh rakyat.
Kedua,pisang yang paling mahal harganya adalah jenis cavendish yang dapat dikelola secara profesional dan diekespor. Saya pernah ke kebun cavendish terbesar di Asia Tenggara. Ternyata kebun pisang cavendish terbesar di Asia Tenggara ada di Maluku Utara, tetapi banyak dari kita tidak mengetahuinya. Jenis pisang ini menurut cerita masuk ke Indonesi benihnya dibawa oleh tim jendral Mc Arthur waktu Sekutu memasuki pulau Morotai. Jenis pisang cavendish ini banyak diekspor ke Jepang,Amerika, China,Korea dan Eropa, namun pada saat konflik kebun pisang cavendish ini dibakar massa, sehingga perusahaan bangkrut. Jenis pisang cavendish ini ternyata dipesan oleh Jepang dan China untuk makanan pokok bayi, agar bayi mereka tumbuhsehat dan cerdas. Dalam dunia militer pisang cavendish ini berguna untuk kesehatan, khususnya melancarkan pencernaan. Bayangkan kalau tentara tidak bisa BAB teratur, bagaimana dia bisa konsentrasi dalam tugas (?).Ternyata Pisang mampu memberi sumbangan devisa Negara, namun harus dikelola secara profesional. Makna yang kedua dari “paling Indonesia” adalah profesionalitasdalam pelayanan dengan menindak tegas korupsi, nepotisme dan kolusi. Sikap profesional ini penting dan bukan hanya untuk para manajer, tetapi sikap ini hendaknya mengkristal sampai ke petugas loket, tukang sapu dan satpam Telkomsel. Kalau Telkomsel profesional dalam pelayanan dan kualitas produk, maka untuk mendapatkan dana tambahan dalam pengembangan produk tidak akan sulit. Profesionalitas itu seperti magnet yang akan menarik orang datang padanya. Profesionalitas itu muncul dalam diri orang yang kredibel dan kompeten. Menjadi paling Indonesia ialah memberi diri dalam mencerdaskan masyarakat Indonesia. Kalau Telkomsel memiliki kebijakan untuk mengalokasikan minimal 10% saja keuntungan untuk membantu anak yatim piatu, beasiswa anak, membantu korban bencana alam Indonesia, hibah untuk anak kreatif dan inovatif teknologi, maka Telkomsel akan memiliki peran yang penting dalam perjalanan bangsa Indonesia. Telkomsel dapat menjadi cerdas dan memiliki nilai lebih dibandingkan pesaingnya, karena komitmen untuk mencerdaskan anak bangsa secara konkret.
Ketiga, kualitas pisang yang baik ditandai dengan warna kuning yang natural. Sebab pisang canvendish yang terlalau masak atau muda tidak enak dimakan. Biasanya para pemesan dari mancanegara mempunyai kriteria tentang pisang yang baik dan menyehatkan bagi bayi, yakni : ukuran, warna, ranumnya dan tidak pakai pestisida. Dalam hal ini kita belajar tentang falsafah content yang sangat berpengaruh pada para pelanggan. Content seperti apa yang akan menjadi ciri Telkomsel yang membedakan dengan pesaingnya, agar mencirikan paling Indonesia. Ada banyak ciri untuk menggambarkan paling Indonesia,misalnya : seni budaya, pariwisata, kehidupan sehari-hari masyarakat,persatuan dalam kemajemukan dll. Dalam konteks yang paling Indonesia inilah yang ditunggu oleh pelanggan, misalnya: games,cuaca, informasi gempa atau bencana, peta Indonesia,informasi wisata di Indonesia, dll.
Keempat, pisang itu identik dengan makanan bayi atau untuk orang yang sakit. Tidak semua anggapan ini benar, namun menurut saya pisang itu identik dengan . Artinya pisang itu tidak bisa kita rasakan enaknya, kalau tidak dimasukkan ke dalam mulut dan dikunyah. Makna falsafah dari connectedini ialah kalau Telkomsel ingin menjadi yang “paling Indonesia” itu artinya sinyalnya tidak putus-putus. Sinyal yang putus-putus menjadikan pelanggan kecewa dan ganti nomer lain yang murah dan tidak putus-putus. Sebab gaya hidup digital menuntut orang untuk always connected denganorang lain. Dunia ini serasa ada dalam genggaman smartphone. Semua informasi, agenda kerja, keputusan dan transaksi bisnis bisa dilakukan melaluismartphone. Always connected menjadi syarat utama untuk“paling Indonesia”
Kelima, pisang cavendish atau pisang meja itu telah menjadi trade mark Indonesia, mengapa kita tidak memelihara dan mengembangkannya ? Salah satu yang menyebabkan kita kurang Indonesia ialah kita tidak bisa ‘mengomunikasikannya” (communication) bahwa pisang itu bergizi tinggi, murah dan berguna bagi kesehatan. Paling Indonesia menurut saya ialah soal bagaimana kita memasarkan produk yang mampu memikat hati rakyat, sehingga mereka tidak pindah ke lain hati. Komunikator yang baik dan handal ialah melalui ‘keteladanan’. Sekali lagi melalui keteladanan dari pimpinan Telkomsel sampai ke pegawai bawahan menjadikan jiwa Indonesia ini menjadi corporate culture. Dengan demikian Telkomsel memilkik nilai lebih karena menjaga ketahanan masyarakat dengan melestarikan budaya Indonesia.
Paling Indonesia atau nasionalisme ternyata bukan hanya soal legitimasi politik oleh elit seperti yang dipersepsi Gellner (1997). Hendaknya Telkomsel tidak dijual oleh elit politik ke investor asing,tapi juallah ke rakyat, agar mereka memiliki “paling Indonesia”. Paling Indonesia ialah soal kemauan dan kemampuan kita mengelola hati rakyat dan menjadikan mereka lebih berkualitas dan bermartabat. Dalam persaingan bisnis global soal ideologi “paling Indonesia” ini sangat penting dan tidak bisa ditawar, karena hal ini menjadikan positioning Telkomsel unggul dibanding pesaingnya. Namun hal ini harus diimbangi dengan perubahan sikap atau paradigma dan kerja keras. Kalau pisang mampu memberi kepada anak-anak berupa gizi dan kecerdasan, maka Telkomsel yang paling Indonesia bisa melakukan yang lebih dahsyat lagi, yakni mampu memberikan ‘gizi dan kecerdasan’ bagi seluruh masyarakat Indonesia. Semoga Telkomsel paling Indonesia dan menjadi kebanggaan anak bangsa.
kaki Merapi, 15 Mei 2011
Guno Tri Tjahjoko
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H