Bagi yang beberapa waktu lalu tidak pernah melewatkan menonton tahap-tahap audisi Indonesian Idol 2014, pasti tidak akan pernah lupa dengan salah seorang peserta audisi asal Cilapap bernama Pujiono. Mas Pujiono yang sehari-harinya berprofesi sebagai seorang tukang parkir dan kadang juga mengamen ini membuat banyak pasang mata, baik para pengguna internet maupun penonton di televisi “bertepuk tangan”.
Bagaimana tidak, lagu ciptaannya sendiri yang dibawakan di hadapan para juri itu mampu membangkitkan semangat nasionalisme bagi setiap orang yang mendengarnya. Saya pun sangat mengapresiasi dan dibuat kagum dengan lagu ciptaan Mas Pujiono yang berjudul manisnya negeriku itu. Bagi yang belum pernah mendengar, bisa dilihat di link ini http://www.youtube.com/watch?v=dv8BZa02Fg8 Di tengah-tengah isu perpecahan antar suku dan umat beragama di Indonesia belakangan ini, Mas Pujiono berhasil mendengungkan kembali semangat kebersamaan, perbedaan dan keindahan keberanekaragaman suku, budaya dan agama di Indonesia. Semangat saling menghargai perbedaan yang mungkin sudah dilupakan oleh kebanyakan orang di Indonesia. Tidak usah jauh-jauh, dari apa yang saya lihat dilingkungan sekitar saya saja, baik di kehidupan nyata maupun di media sosial di mana biasanya saya selalu berinteraksi. Selalu saja ada orang-orang yang bersikap rasis terhadap ras lain. Dan yang paling parah adalah saling menghina agama lain. Satu golongan merasa golongannya paling benar lalu memojokan golongan lain. Baik dalam hal kesukuan ataupun masalah agama. Saling hina, saling menghujat dan saling menjudge keburukan satu sama lain. Sangat miris memang. Apa mereka sudah lupa dengan pelajaran PPkn / PMP yang diajarkan sewaktu di sekolah dulu? tentang kemajemukan Indonesia, toleransi antar umat beragama, gotong royong, dan lain-lain. Apakah mereka sudah lupa dengan ajaran dasar negara kita? atau memang mereka yang tidak pernah sekolah? Kalau memang mereka tidak pernah sekolah terus kenapa seorang kakek tua penjual manisan yang pernah saya temui berkata bahwa “Indonesia itu indah, keberagaman suku, budaya, bahasa dan agama yang membuat Indonesia indah”. Si kakek bercerita bahwa ia tidak pernah mengenyam bangku sekolah, tapi ia begitu paham arti dari kata “perbedaan”. Sadar atau tidak, sebagian besar orang-orang Indonesia saat ini sangat mudah terprovokasi. Mereka dengan mudahnya mempercayai berita isu-isu perbedaan tanpa mendalami lebih jauh tentang hal yang mereka percayai itu. Apakah memang benar jika ada orang yang mengatakan bahwa semua itu terjadi karena salah satu sifat kurang baik orang-orang Indonesia yang tidak suka membaca? Orang-orang kita saat ini lebih banyak berkomentar tanpa membaca. lebih banyak mengkritik tanpa membaca dan mencari tau apa masalah yang sedang mereka kritik. Sikap itu membuat bangsa kita dengan mudahnya terprovokasi oleh isu-isu perbedaan. Apalagi dewasa ini, informasi dengan sangat mudah dan cepatnya menyebar keseluruh penjuru tanah air. Berbagai informasi dari media baik cetak, televisi atau internet tanpa bisa kita bendung lagi selalu menyerang pikiran-pikiran kita setiap hari, setiap menit, setiap detik. Satu hal terpenting yang perlu kita ketahui, segala macam informasi yang kita terima bukanlah selalu kebenaran. Informasi yang harus kita percayai tidak hanya harus berasal dari satu, dua atau tiga sumber saja. Mungkin lebih, belasan, puluhan. Sampai kita susah mengetahui mana informasi yang benar, mana informasi yang salah. Kembali ke Mas Pujiono. Mas Pujiono melihat keindahan dari keberanekaragaman suku, budaya, bahasa, dan agama yang harus selalu bangsa Indonesia jaga dan pertahankan. Terima kasih Mas Pujiono, semoga Allah memberikan keberkahan dan rezeki yang selalu datang tanpa disangka-sangka untuk Mas Pujiono beserta keluarga. Terima kasih telah membangkitkan lagi rasa nasionalisme. Terima kasih karena lagu mu telah mengingatkan kami, bahwa ada keindahan yang harus selalu kita jaga dari Indonesia. “Keindahan Perbedaan”. sumber : http://gungunst.com/indahnya-keberagaman-indonesia-di-mata-mas-pujiono/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H