Tunjangan Profesi Guru dalam jabatan tiba-tiba akan dicairkan segera mendekati pileg 2014. Seolah-olah pengucuran dana ini memanfaatkan momentum jelang pemilihan legislatif. Kesan yang terjadi kebijakan yang ujug-ujug ini mengandung niatan lain. Betapa tidak, jelas ada anggapan dan prasangka bahwa tunjagan ini agar membuat simpatik terhadap satu kelompok atau kalangan tertentu terutama yang berkepentingan pada pileg 2014. Temasuk beberapa pejabat sekaligus tokoh partai yang ikut berkomentar berperan dalam keputusan pencairan ini akan memunculkan kesan menggalang dukungan.
Terdapat berbagai keanehan terjadi. Kalau saja pemerintah tidak memiliki misi tertentu sehubungan dengn pemilu 9 April 2014 maka tidak perlu juga memilih tanggal tersebut. Kalau saja tidak ada hari atau pilihan tanggal lain, sekiranya tidak perlu mengumumkan kebijakan ini secara massive dan mendadak. Kemudian kesan yang terjadi ketika mempertanyakan pemilihan waktu, pejabat pemerintah seolah melempar-lempar alasan kesalahan. Ada yang menyatakan kesalahan menteri keuangan dan ada yang mengungkapkan berkaitan dengan penyaluran oleh daerah kabupaten dan kota. Bagaimana tidak menimbulkan kecurigaan, ketika  tunjagan yang seharusnya sudah menjadi hak sejak dari tahun 2012 seperti tersendat. Antara dana itu mengendap karena berbagai permasalahan administratif di kementrian keuangan dan pendidikan atau sengaja di endapkan untuk menunggu momentum yang tepat. Bagi saya kebijakan populis ini jelas di politisasi, alasanya Presiden telah menetapkan 9 April 2014 sebagai hari libur nasional. Sementara secara sistematis pencairan mulai 9 April, kenapa tidak memilih tanggal sebelumnya atau sesudahnya? Saya berusaha berpikiran positif, mungkin karena sibuk berkampanye.
Sebenarnya kebijakan ini tidak perlu dirisaukan toh rakyat saat ini sudah lebih cerdas. Argumentasi kecurangan dan seolah seperti serangan fajar dalam wujud yang berbeda, wajar saja adanya karena situasi politik yang medekati puncaknya. Beberapa pihak merasa diuntungkan namun di lain pihak juga banyak merasa dirugikan dengan beredarnya berita ini. Semua malah lebih bisa menilai bagaimana keadaan pemerintah kita saat ini. Menjadikan peristiwa lucu menjelang pemilihan legislatif ini untuk mempertimbangkan wakil-wakil kita di lembaga legislatif kelak. Dengan memilih wakil legislatif yang baik maka ada harapan produk-produk legislasi termasuk pengaturan kebijakan seperti ini pada pemerintahan berikutnya tidak amburadul. Bagi guru jelas ini sebuah kabar kepastian yang sudah ditunggu lama. Semoga semua guru tetap tulus pada pengabdiannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H