Sumber photo: tribun.makasar.com
Sebentar lagi ajang balap Formula E akan digelar. Sejatinya perhelatan ini disambut dengan gembira dan bangga oleh seluruh masyarakat Indonesia. Ya, Karena ini adalah pertama kali ajang balap kelas dunia ini diadakan di Indonesia.Â
Namun kenyataannya tidaklah demikian. Kenyataan nya cerita Formula E ini dipenuhi oleh kontroversi demi kontroversi. Mengapa demikian?
Semua kontroversi ini tidak terlepas dari siapa yang ada di belakang ajang formula E ini, Anies Baswedan. Ada latar belakang politik yang dicampur dengan sikap, tindakan dan ucapan yang dilontarkan oleh Gubernur DKI ini.
Kita lihat saja, ada kontroversi ketika arena balap akan dipusatkan di Monas. Tanpa peringatan apa - apa tiba - tiba pohon - pohon hijau di Monas dibabat. Lalu, justru kemudian Monas tidak jadi digunakan karena ada proses perijinan yang diabaikan.
Kontroversi berlanjut dengan besarnya biaya untuk melakukan kegiatan balap ini, yang katanya berlipat ganda dari yang seharusnya. Pembiayaan ini masih sedang ditangani oleh KPK.
Lokasi akan diadakan balap dan mepetnya persiapan juga menimbulkan kontroversi lagi.Â
Lahan yang berlumpur, bahan yang digunakan untuk jalur balap dan kurang dari dua bulan persiapan mengakibatkan banyak orang bertanya - tanya apakah ini formula E ini memang bisa dilaksanakan.
Kontroversi ini belum berhenti, dari sulitnya dapat sponsor, harga dan paket tiket, dan yang terakhir, robohnya atap tribun akibat angin kencang.
Diantara semua kontroversi itu masih dibumbui narasi - narasi dari berbagai pihak yang memancing panasnya suasana.Â
Jika dilihat deretan kontroversi ini bagai sinetron, di mana seolah sengaja dibuat plot dimana pemeran antagonis nya bermain dengan sangat piawai .