Di dalam ilmu dunia medis sesuatu yang tidak boleh berlebihan yaitu Zat Asam karena kalau naik ke atas bagian tubuh manusia maka akan menjadi penyakit salah satu contohnya yaitu Asam Lambung, Asam Amino, Asam Urat dan lain-lain. Pada dasarnya ketika manusia kelebihan Zat Asam pada tubuh maka akan menimbulkan penyakit terhadap tubuhnya.
Ada suatu dongeng yang sering diceritakan oleh orang tua zaman dahulu, sepertinya bagi orang Sunda sudah tidak asing lagi ketika mendengar kata "Mulih Kajati Mulang ka Asal". Pada zaman dahulu ketika manusia meninggal sebelum dikuburkan ke lubang lahat maka akan di masukan terlebih dahulu ke dalam peti kayu.
Dan petinya itu terbuat dari kayu jati, kenapa memakai kayu jati? Karena kayu jati itu kalau dikubur sangat kuat bahkan sampe seratus haripun tidak akan dimakan rayap. Jadi tujuannya orang tua zaman dahulu memasukan jenazah ke dalam peti yang terbuat dari kayu jati itu adalah supaya si jenazah tersebut akan berproses secara kimia tanpa harus dikubur kedap.
Akan tetapi zaman sekarang ini sudah berbeda tata caranya tidak seperti dahulu lagi. Ketika manusia yang meninggal sudah dikuburkan maka yang akan bocor terlebih dahulu itu adalah dari perutnya dan yang dikhawatirkan nantinya akan meledak. Maka dari itulah perut zenajah ini ketika dimandikan biasanya akan di keluarkan terlebih dahulu kotoran dari perutnya itu.
Hal itulah yang dinamakan Trauma Negative (Zat Asam) karena pada dasarnya Zat Asam itu adalah sesuatu yang tidak baik. Pada saat manusia sudah dikuburkan biasanya suka diberikan ciri/tanda dengan cara menanamkan pohon "hanjuang" dibagian puser perutnya. dan ketika Zat Asam itu menyerap ke dalam tanah, maka tanah tersebut bisa disebut Trauma Negative.
Biasanya orang-orang yang "Jahil/Dzolim" suka menggali tanah kuburan itu dan ketika tanah kuburan tersebut di taburkan dimana saja maka orang yang berada ditempat itu akan terkena Aura Negativenya juga karena tempat tersebut sudah terpengaruh Zat Asam. Akan tetapi orang tua zaman dahulu itu sudah mengetahui tata cara menangkalnya yaitu dengan cara menggunakan Garam.
kenapa memakai Garam? karena Garam itu adalah "Basa". Jadi cara menangkal Asam itu harus dengan cara menggunakan "Basa". Kalau ada Dongeng tanah makam bisa untuk berbuat "Dzolim" dan kalau asal-asalan mengambil tanah makam itu maka tidak akan terjadi apa-apa karena tanah kuburan itu tidak tercampur oleh Zat Asam.
Akan tetapi kalau yang sudah mengerti cara mengambil tanahnya itu pasti akan menggali dari dalam dan tanah itulah yang berbahaya karena sudah tercampur dengann Zat Asam. Jadi kalau kita banyak menaburkan Garam di halaman rumah itu sangat baik. Bahkan ketika musim hujan biasanya kalau pawang hujan itu suka menabur-naburkan Garam, karena air hujan itu adalah Asam dan ditabur oleh Basa yang tujuannya yaitu untuk meminimalisir Zat Asam.
Bagaimanapun itu dongengnya yang terpenting kita sebagai manusia yang kuasa dan diciptakan oleh yang maha kuasa akan kembali lagi kepada sang pencipta. Sesungguhnya di dunia ini hanyalah hidup sementara, maka dari itu pepatah orang Sunda mengatakan "kudu menekung kanu maha Agung, Ngabrata kanu Maha Kawasa" dua rumus didalam kehidupan yang digunakan oleh saya sendiri yaitu "Nuturkeun indung jeung nuturkeun rasa. Menekung kanu Maha Agung, Ngabrata Kanu Maha Kawasa"
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI