Mohon tunggu...
Gunawan Sundani
Gunawan Sundani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PRODI PBSD(Pendidikan Bahasa Sastra Daerah)

Melestarikan Budaya Melalui Karya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perbedaan Kepercayaan Bali dan Sunda | Simbolisasi dan Esensi/Substansi

13 September 2023   15:24 Diperbarui: 21 November 2023   15:15 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Simbolisasi dan Esensi/Substansi, 13/09/2023.Dokpri

Dapat  kita lihat dari sisi teradisi di Bali Aga dengan Sunda Wiwitan itu hampir sama. Salah satu contohnya yaitu orang yang meninggal itu akan dikuburkan dan tidak dibakar, mengambil buah tidak diperbolehkan, kecuali menunggu buahnya jatuh dari pohonnya, toilet tidak boleh ada yang di atas harus sama dibawah dan diluar rumah, dari sisi hak kepemilikan tanah juga tidak ada hak milik karena bagi mereka semua tanah itu adalah milik adat.

Hindu yang ada di Bali itu sebenarnya hanya berdasarkan hukum saja atau mereknya saja, sedangkan tradisinya itu masih banyak yang mengalir dari Jawa. Salah satu Contohnya di Bali itu ada padmasana dan surya, hal tersebut tentunya dari ajaran Jawa. Yang saya tahu di Bali ada Bali Aga dan Bali Majapahit. Yang disebut Bali Majapahit ini dari sisi tradisi dan ajarannya juga tentunya sangat berbeda dan bukan Bali India. 

Menurut saya orang Bali sama Orang wiwitan itu perbedaannya hanya satu, orang Wiwitan itu tidak mengenal simbolisasi ketuhanan dan tidak mengenal tempat ibadah  karena pada dasarnya bagi orang Wiwitan seluruh Bumi ini adalah tempat ibadah. Tuhan atau Sanghiang Widi itu bagi orang Wiwitan ada dimana-mana dan dimanapun kita memandang maka disitu pasti ada  Tuhan.  Sedangkan orang Bali itu simbolisasinya kuat sehingga biaya orang Bali itu lebih tinggi dibanding orang Wiwitan. 

Karena Wiwitan itu Ibadahnya tidak mengeluarkan biaya. Maka dari itu pemahamannya kalau kita belajar atau melihat dari Bali, Bali itu merupakan simbolisasi   dan banyak membicarakan tentang Simbol, sedangkan kalau orang Sunda lebih ke esensinya/substansinya. Jadi kalau dalam kaidah Islam Bali itu kuat dengan Syar'inya dan orang Sunda itu kuat pada Substansinya/Hakekatnya. Maka dari itu di Sunda kalau kita lihat di Islam gemarnya adalah kepada torekat. 

Kalau kita lihat di Bali itu Unsurnya adalah Unsur sosial, dan kenapa kalau di Sunda tidak ada Simbol-simbol? Karena pada dasarnya di Bali itu ada yang disebut Banten (Sesajen) dan tujuannya itu adalah untuk  menghidupkan  asep-aspek sosial. Contohnya adalah menghidupkan pertanian,peternakan, dan lain sebagainya. Menurut saya dengan adanya simbolisasi tersebutsangat bagus sehingga Agamanya itu tidak punah, Sedangkan Substansi itu Agamanya tidak terlihat.  

Orang Wiwitan menyebut Nama Tuhan itu adalah (Pangersa Anu kawasa) karena saking tidak beraninya Tuhan itu tidak bisa di sebutkan namanya bagi orang Wiwitan.  Bagi orang wiwitan saking sucinya Kitab Suci itu tidak boleh ditulis dan bagi orang wiwitan dalam menjalankan kesucian itu tidak akan punah karena adanya kesucian itu adalah di jiwa dan mereka sangat meyakini bahwa Pangersa yang maha kuasa ini akan menciptakan orang yang mengingat lagi terhadap Kitab Sucinya tersebut. 

Sempat ada salah satu Resi dari Bali beliau asli kelahiran Tasik malaya yang sudah melaksanakan puasa Tiga tahun Tujuh Bulan dan ditutup selama Empat Puluh hari tidak makan tidak minum dan tidak tidur sama sekali.  Beliau mearasakan dirinya bersatu dengan alam, beliau mengatakan dirinya bisa melihat dan mendengan pepohonan, tanah, air dan lain-lain bahkan bisa diajak berbicara dengan dirinya sendiri. Jadi ketika dirinya sudah bisa bersatu dengan alam maka tingkat sensitifitasnya juga akan sangat tinggi, karena yang dipakainya itu adalah bahasa alam. dan kalau berbicara dengan sesama manusia juga yang terdengan oleh orang itu bukan ucapan dari bibirnya, akan tetapi yang terdengar itu dari hatinya langsung. 

Manusa yang ketika tingkat spiritualnya sudahtinggi maka akan sangat sensitif. Ketika pohon disakiti, air disakiti,tanah disakiti, dan ayam dipotong, kambing dipotong deritanya kesakitannya itu akan terdengar. Oleh karena itu tidak akan berani memakan daging ikan, ayam, kangbing dan lain sebagainya, karena semuanya itu akan berbicara kecuali telur. 

Dari sini saya bisa menyimpulkan bahwa kalau seseorang yang mengaku beragama, akan tetapi masih melakukan berbagai cara demi untuk mendapatkan uang berarti orang tersebut masih belum beragama karena masih belum yakin terhadap Tuhannya sendiri. dan hal tersebut kalau dibawa kewilayah berpikir maka perdebatannya akan sangat panjang, oleh karena  itu kita harus bisa memahami terhadap hak orang lain untuk memahami Tuhan dengan caranya sendiri.

Tapi bagi saya ada sedikit kejanggalan di Negara kita ini. Kalau boleh saya berpikir kenapa di Negara ini yang diresmikan hanya Agama-agama dari luar saja sedangkan yang asli Agama pribumi itu tidak ada yang diresmikan. Pedahal dikita itu sudah jelas ada Agama yang asli dari daerah kita sendiri dan salah satu contohnya yaitu Sunda Wiwitan.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun