Bahkan bisa berkata,”…amit..amit…jangan sampai aku seperti itu…” ketika melihat seorang wanita menikah dengan pria lebih muda.
Masyarakat memiliki pandangan secara umum bahwa relasi seperti itu tidak lazim. Karena itu masyarakat akan bersikap agak negatif. Sekalipun ketika pasangan itu nekat, masyarakat kemudian juga akan menerimanya. Paling-paling akan ada bisik-bisik.
Namun yang penting dari sikap masyarakat ini adalah fungsinya sebagai PERINGATAN DINI bagi pasangan beda usia tersebut. PERINGATAN DINI untuk berpikir dengan serius. Kalau masyarakat tidak mudah menerima, berarti ada kejadian-kejadian yang tidak baik yang pernah terjadi pada pasangan yang beda usia.
Pandangan masyarakat tidak perlu menjadi aturan hukum, tetapi bisa menjadi alat untuk diam dan memikirkan serius relasi itu. Dipikirkan betul untung ruginya., supaya kalau misal akan benar-benar jadian, sungguh-sungguh sudah dipikirkan konsekuensinya. Dan kalau pun tidak jadi, benar-benar berasal dari pikiran yang matang, sehingga tidak merasa kecewa atau terluka.
Jadi marilah berpikir dengan serius.
Memahami Perasaan Yang Menggelora
Setiap pria dan wanita yang membangun relasi harus mengingat bahwa perasaan yang menggelora pada waktunya akan mereda. Dalam pernikahan, perasaan menggelora itu bisa hilang.
Ada banyak hal yang perlu dilakukan untuk mengobarkan dan memelihara perasaan menggelora ketika relasi sudah terwadahi dalam pernikahan. Karena itu jangan jadikan kuatnya perasaan sebagai dasar relasi.
Perasaan yang muncul perlu dihargai. Namun jangan jadi pondasi. Perasan dipakai untuk pijakan berpikir hal-hal yang lebih fundamental yang menentukan ikatan relasi nanti nya. Perasaan adalah alat untuk menikmati relasi, tetapi bukan alat satu-satunya mengikat relasi dan bukan perlu hal-hal lain yang untuk menopang.
Hal Biologis
Kebutuhan seks