Mohon tunggu...
Gunawan Sri Haryono
Gunawan Sri Haryono Mohon Tunggu... lainnya -

Menjadi sahabat bagi yang sedih, menjadi teman bagi yang bersukacita

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Penderitaan sang Primadona

13 Maret 2015   09:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:44 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PENDERITAAN SANG PRIMADONA

Sewaktu SMP saya senang sekali membaca komik dan bacaan cersil ( Kho Ping Hoo dan SH Mintarja ). Salah satu yang membuat semangat menyewa komik adalah petugas persewaaan komik, sekaligus yang empunya adalah seorang wanita yagn sangat cantik. Wajah oriental dan tubuh yang menawan. Panggil saja namanya Cik Swan.

Setiap sore tempat persewaan itu selalu penuh. Dan kebanyakan para pemuda. Tentu bisa ditebak, kedatangan mereka adalah untuk dekat dengan dengan Cik Swan dan siapa tahu kalau bisa mempersuntingnya.

Entah bagaimana saya menjadi dekat dengan Cik Swan, meskipun saya masih SMP. Saya sering datang ketika masih sepi sehingga bisa ngomong-ngomong sendiri dengan Cik Swan. Rasanya senang sekali bisa dekat dengan wanita cantik dan lebih dewasa, dan lebih senang lagi karena sering ditawari kue-kuenya. Sekalipun saya masih ABG, Cik Swan mau berbagi tentang kisah orang-orang yang mendekatinya. Banyak sekali  pemuda yang berusaha mendekatinya dan Cik Swan bingung bagaimana berespon dan siapa yang dipilih.

Kisah itu terus saya dengar hingga saya SMA dan saya tidak lagi mendengarnya sejak saya bertobat dan tidak lagi membaca komik, sebab saya tidak lagi datang ke persewaan Cik Swan. Hingga waktu itu Cik Swan belum menentukan pilihan dan tetap bercerita tentang aneka macam pendekatan para pemuda dan kebingunganya untuk bersikap.

Bertahun-tahun kemudian setelah saya bekerja, saya memperhatikan persewaan Cik Swan sudah tutup dan disitu berdiri salon kecantikan. Karena teringat akan Cik Swan saya masuk ke dalam salon tersebut  untuk potong rambut dengan maksud mencari tahu dimana Cik Swan saat ini. Ternyata pimilik salon tersebut itu adalah Cik Swan. Dan dia sendirilah yang melayani potong rambut saya. Ia lupa kepada saya, dan sayapun “pangling” dengan nya. Wajah cantik itu telah hilang. Pipi yang halus dan indah itu telah lenyap. Sekarang nampak wajak yang tua, gelap, dan pipi  kempot. Namun saya segera mengenali dari garis-garis wajahnya bahwa itu memang Cik Swan. Garis-garis wajah cantik itu masih ada. Wah, apa gerangan yang terjadi ?

Untuk memastikan apakah itu Cik Swan saya bertanya namanya. Dan betul ia menyebut nama “Swan” . Saya mempekenalkan diri dan mengulang kisah waktu dulu sering pinjam komik. Ternyata Cik Swan masih ingat. Jadilah kemudian saya menceritakan kembali tentang pesonanya dan betapa banyak pemuda yang mendekati dan berusaha mempersuntingnya. Cik Swan tertawa mendengar kisah itu. Tapi itu tawa kecut..

“Tapi itu masa lalu...” Lho, kenapa? Lalu mengalirlah kisah sendunya.

Dulu banyak sekali yang datang. Kaya, biasa, miskiin. Ganteng gagah, gemuk, kurus kering. Semua berusaha mempersuntingnya. Namun di antara semua itu ada satu pemuda yang paling gigih datang kepadanya. Dan bukan hanya gigih, akan tetapi pemuda itu datang dengan kisah-kisah memelasnya yang membuat hati Cik Swan dipenuhi rasa belas kasihan. Seolah-olah hanya bisa hidup dengan Cik Swan. Dan runtuhlah hati sang primadona ....

“ Dasare mung mesake....( dasarnya hanya kaihan )” kata Cik Swan dengan wajah sedih. Padahal dia tidak ganteng, tidak kaya, dan tidak ada satu kelebihan yang menonjol. Namun dengan dasar kasihan itu Cik Swan menerima sang pemuda lalu menikahlah mereka.

Lalu terjadilah prahara dahsyat yang menghancurkan sang primadona. Sang suami tidak mau bekerja.  Maka Cik Swanlah yang harus kerja keras. Bukan hanya itu , sang suami juga suka berjudi. Sering tidak pulang atau pulang malam-malam. Dan yang paling meremukkan hati, Sang suami ternyata punya simpanan wanita lain. Dan ....lebih parahnya wanita itu seorang pelacur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun