Mohon tunggu...
Gunawan BP
Gunawan BP Mohon Tunggu... -

Bukan siapa-siapa. Hanya seorang pemuda yang berasal dari Desa Bumi Pajo, Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima, NTB. Mencoba belajar dan berbagi melalui untaian kata dan kalimat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kebahagiaan yang Sesungguhnya

29 Maret 2017   20:18 Diperbarui: 29 Maret 2017   20:40 708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak sekali teori yang menjelaskan tentang kebahagiaan. Begitu pula dengan teori untuk menggapai kebahagiaan tersebut. Namun, di sini saya tidak akan terpaku dengan teori tentang kebahagiaan dan cara untuk menggapai kebahagiaan tersebut.

Menurut saya, kebahagiaan sejati justru bisa dicapai, bilamana seseorang mau melepaskan dan tidak terperangkap dengan pandangan tentang teori mengenai kebahagiaan tersebut. Dengan kata lain, orang justru harus mengurangi dan bahkan melepaskan sama sekali pandangannya soal kebahagiaan, jika ia sungguh ingin bahagia.

Setelah segala teori, konsep dan pandangan tentang kebahagiaan dilepas, orang lalu bisa menjadi alamiah. Ia bisa menjadi dirinya sendiri. Ia tidak lagi disibukkan dengan ambisi pribadi untuk mewujudkan cita-cita tertentu. Ia juga tidak lagi hidup dalam tekanan untuk bertindak sesuai dengan keinginan orang lain. Saya menyebutnya kebahagiaan tanpa teori/konsep tentang kebahagiaan.  Seseorang tidak lagi hidup dalam tekanan (pressure). Inilah bentuk sesungguhnya dari kebahagiaan, yakni kebahagiaan hati yang sejati.

Pada dasarnya, makhluk yang bernama manusia adalah makhluk yang berbahagia. Coba kita lihat anak kecil. Mereka bisa merasa bahagia, seringkali tanpa alasan apa pun. Lain halnya dengan orang dewasa. Ia justru merasa tegang karena ia dipenuhi dengan berbagai pandangan tentang kebahagiaan, seolah ia harus cantik, ganteng dan kaya, punya kendaraan dan rumah mewah, jabatan tinggi, supaya bisa bahagia. Inilah salah satu ilusi terbesar dalam hidup kita.

Orang yang alamiah akan bertindak sesuai dengan kenyataan yang nyata, tanpa ada rekayasa. Ia bertindak bukan untuk memenuhi ambisi pribadi. Ia juga tidak bertindak untuk memenuhi tuntutan sosial tertentu. Ia bertindak karena keadaan memanggilnya untuk bertindak.

Ketika ada orang yang kelaparan, ia memberinya makan. Ketika ada orang yang memerlukan bantuan, ia lantas segera menolongnya. Ketika ada ketidakadilan sosial di tengah kehidupan sosial, ia berusaha mengubah keadaan tersebut, sesuai dengan kemampuannya. Ketika ada orang kehujanan, ia mencoba mencari payung untuknya. Ia tidak lagi dibebani oleh macam-macam pertimbangan pribadi dan penilaian sosial, yang justru malah membuat orang menderita, dan tidak bisa berbuat apa pun.

Orang yang telah melampaui ambisi pribadi dan tuntutan sosial adalah orang yang telah mengalami pencerahan batin. Inilah kebahagiaan yang sesungguhnya. Saya pernah membaca sebuah buku, namun, saya lupa judulnnya. Isinya kurang lebih bercerita tentang seorang biksu Zen sedang diwawancarai oleh seorang peneliti sosial terkait dengan tema kebahagiaan. Si peneliti tersebut bertanya, “apa itu kebahagiaan?” Si biksu tersebut kemudian menjawab, “bahagia itu berarti, kalau Anda lelah maka Anda tidur. Kalau Anda lapar maka Anda makan. Kalau Anda haus maka Anda minum. Kalau Anda tidak punya uang maka Anda bekerjalah untuk mendapatkan uang.” Sungguh jawaban yang sempurna, menurut saya.

Singkatnya, untuk menggapai kebahagiaan yang sesungguhnya, maka jangan terpaku dan terperangkap dengan konsep atau teori tentang kebahagiaan itu sendiri. Karena kebahagiaan sejati tidak dapat dijelaskan dengan kata atau pun konsep apa pun.

Wallahu a’lam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun