Mohon tunggu...
Gunawan BP
Gunawan BP Mohon Tunggu... -

Bukan siapa-siapa. Hanya seorang pemuda yang berasal dari Desa Bumi Pajo, Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima, NTB. Mencoba belajar dan berbagi melalui untaian kata dan kalimat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mimpi Menjadi Penulis

9 Oktober 2017   12:03 Diperbarui: 9 Oktober 2017   12:15 1327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menjadi seorang penulis merupakan salah satu impian saya ketika awal masuk kuliah. Namun, kala itu hanya sekadar impian belaka. Belum ada tindakan nyata yang saya lakukan demi menggapai mimpi tersebut. Sama sekali belum ada usaha untuk mewujudkannya.

Kesadaran untuk mulai belajar menulis dan mewujudkan impian menjadi penulis muncul berkat saya sering membaca karya tulis orang-orang yang bertebaran di toko-toko buku dan perpustakaan. Juga, berkat adanya motivasi dari kedua orangtua, teman-teman di kampus, dan teman-teman di berbagai organisasi sebagai tempat saya belajar dan menimba ilmu.

Saya sempat berenung seketika di kala membaca buku waktu itu, bahwa orang yang punya karya tulis ini dulunya pasti memiliki impian yang sama seperti saya. Yaitu, ingin menjadi penulis. Ingin menebar kebaikan melalui karya tulis. Ingin berdakwah lewat tulisan.

Memang betul, bahwa untuk mewujudkan impian tersebut harus berusaha semaksimal mungkin, dan segera dilaksanakan. Tanpa itu, sekali lagi, tidak mungkin bisa terwujud. Mulailah kala itu, saya mencoba menulis sedikit demi sedikit. Saya berusaha untuk menulis walau memang awalnya agak berat dan harus dipaksakan.

Seiring berjalannya waktu, saya pun sedikit terbiasa. Ya, walau masih sederhana dan belum bisa rutin. Kurang lebih tujuh bulan, naskah buku perdana berhasil saya selesaikan. Jujur, saya sendiri tidak menyangka bisa menghasilkan tulisan sebanyak itu, meski masih sebatas naskah. Tetapi, bagi saya itu sudah merupakan kebahagiaan tersendiri. Sebab, impian saya menjadi penulis, paling tidak sudah mulai terlihat.

Untuk mengasah kemampuan menulis, pada tahun 2013, saya mencoba mengikuti salah satu Program Unggulan Rektor UIN Alauddin Makassar, yaitu Gerakan Seribu Buku. Yang saya ikuti kala itu adalah GSB Tahap III, sebab GSB Tahap I dan GSB Tahap II, berturut-turut sudah dilaksanakan pada tahun tahun 2011, dan 2012. Program yang dimaksud merupakan program penulisan buku, khusus untuk masyarakat kampus UINAM, baik untuk dosen, staf, maupun mahasiswa. Dalam hal ini, tidak ada pengelompokkan. Misalnya, antardosen, antarstaf, atau antarmahasiswa. Semuanya, berkompetisi dalam satu arena (tanpa dikotak-kotakkan).

Setelah diseleksi dan diverifikasi oleh panitia via online, proposal saya diterima. Judul naskah buku yang rencana saya tulis (dalam proposal) kala itu adalah "Tanya Jawab Seputar Masalah Matematika." Namun, di tahap terakhir saya dinyatakan gugur. Yang lolos kala itu, didominasi oleh Profesor dan Doktor. Seingat saya, tidak ada satu pun mahasiswa yang lolos, baik mahasiswa S1, S2, maupun S3. Meskipun tidak lolos di tahap terakhir, saya tetap bersyukur dan bahagia, karena bisa mengikuti program tersebut bersama dengan para guru besar dan dosen-dosen saya.

Lagi-lagi untuk mewujudkan mimpi menjadi seorang penulis, saya pun mencoba mengikuti program yang sama, yaitu GSB Tahap IV pada tahun 2014. Namun, judul buku yang rencana saya tulis (tercantum dalam proposal penulisan buku) pada GSB IV tersebut adalah "Seputar Dunia Matematika (Proses Memperkenalkan Matematika ke Masyarakat Luas)." Sama seperti GSB tahap III, saya pun dinyatakan eliminasi di ronde terakhir.

Saya tak putus asa. Saya tetap belajar dan berusaha untuk menulis beberapa naskah lagi, di samping rutinitas kuliah dan berorganisasi. Ya, selalu saya luangkan sedikit waktu di malam hari untuk belajar menulis. Media yang saya gunakan untuk menulis waktu itu adalah buku tulis, kadang juga pinjam laptop teman-teman di beberapa organisasi yang saya ikuti. Sesekali juga saya memanfaatkan warnet. Maklumlah kala itu, saya belum punya laptop sendiri.

Hemat cerita, dari beberapa naskah yang saya tulis saat itu, akhirnya dua di antaranya diterima oleh dua penerbit yang berbeda pada pertengahan 2016 lalu. Kurang lebih dua bulan kemudian, kedua buku tersebut sampai juga di tangan saya dan telah dinikmati oleh para pencinta buku, khususnya yang ada di Nusantara ini. Dan beberapa bulan setelahnya, lahir juga buku-buku antologi.

Wallahu a'lam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun