Mohon tunggu...
Gunawan BP
Gunawan BP Mohon Tunggu... -

Bukan siapa-siapa. Hanya seorang pemuda yang berasal dari Desa Bumi Pajo, Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima, NTB. Mencoba belajar dan berbagi melalui untaian kata dan kalimat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Matematika: Dibenci tapi Tetap Dipakai?

3 Oktober 2017   01:58 Diperbarui: 3 Oktober 2017   03:34 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Ah, matematika lagi. Apa tak ada yang lain? Mengapa harus matematika? Bosan dengan pelajaran matematika. Benci ah dengan matematika. Belajar matematika tak ada gunanya dalam kehidupan sehari-hari. Tak dipakai. Percuma. Buang-buang waktu saja mempelajarinya."

Berbagai pernyataan dan pertanyaan di atas merupakan respon dan juga isi hati sebagian orang tentang matematika. Persepsi dan ungkapan itu sering tertuju pada kata yang terdiri dari sepuluh huruf tersebut, yaitu "matematika." Bahkan, mungkin ada di antara Anda yang membaca tulisan ini, pun memiliki tanggapan yang negatif terhadap matematika.

It's ok. Tak masalah. Tak menjadi persoalan. Silakan saja. Itu hak masing-masing individu. Namun, sadar atau tidak sadar, dibalik ketidaksukaan atau "kebencian" Anda terhadap matematika, secara bersamaan pula Anda menggunakan dan memakai matematika dalam keseharian Anda. Barangkali, di sini letak ketidakkonsistenan Anda. Di satu sisi dibenci, namun di lain sisi disayang bahkan setiap hari merindukan kehadiran matematika.

Ya, itulah realita dalam kehidupan kita. Banyak yang membencinya. Saya tak tahu pasti, mengapa begitu banyak orang yang "membenci" matematika. Apakah matematika pernah melukai hati kita? Apakah matematika pernah memusuhi kita? Apakah matematika pernah menindas kita? Apakah matematika pernah merampas hak kita? Sehingga, seolah tak ada kebaikan dalam matematika.

Terkadang kita hanya melihat yang tampak saja. Namun, tak pernah mau tahu sesuatu dibalik itu semua. Kita hanya bisa melihat sisi negatif seseorang walaupun hanya secuil, namun melupakan berjibun kebaikan yang diperbuat oleh orang lain kepada kita.

Begitu pula dengan matematika. Begitu entengnya kita menghakimi matematika. Begitu mudahnya kita menghardik matematika. Begitu gampangnya kita memvonis matematika dengan sesuatu yang tak baik. Namun, melupakan sumbangsih yang diberikan oleh matematika kepada kita, dan itu terjadi setiap hari. Bahkan, matematika tak pernah menuntut balas jasa kepada kita. Ia hanya ingin dimengerti saja. Ya, ia ingin memahamkan kita, tanpanya kita "tak tahu apa-apa" dan hampa terasa.

Berhentilah untuk menghakimi dan membenci matematika. Berhentilah untuk mencaci dan mencemooh tentang keberadaan matematika. Berhentilah untuk mencela dan mem-bully atas kehadiran matematika. Sebab, setiap hari kita membutuhkan jasa dan bantuan matematika. Tiap hari kita pasti memerlukan pertolongan dan kasih sayang matematika.

Mau bukti? Baiklah, akan saya tunjukkan. Kala kita berjalan-jalan atau melakukan piknik ke suatu tempat wisata, misalnya, kita harus mampu mempredikisi berapa uang yang kita butuhkan selama aktivitas itu, uang sewa tempat, uang makan, transportasi, dan lainnya.

Di saat makan, kita juga memerlukan matematika, berapa kali sehari, berapa porsi nasi, lauk, dan sayur yang harus dikonsumsi oleh tubuh agar tetap bugar dan sehat. Ini tentu membutuhkan perhitungan dan jasa dari yang namanya matematika.

Waktu berbelanja di pasar, kita harus tahu berapa harga ikan, sayur, bumbu-bumbu masakan, misalnya. Kita harus paham berapa yang mesti dibayar, dan berapa banyak rupiah yang harus dikeluarkan dari kantong. Kehadiran matematika di sini juga sangat membantu, agar tidak terjadi kecurangan antara pembeli dan penjual. Ya, tanpa matematika, minimal perhitungan dasar, bisa saja seorang pembeli ditipu oleh penjual, pun sebaliknya.

Hematnya, kita tak bisa lepas dari matematika. Bantuan dan kontribusi matematika sangat nyata, tak terhitung banyaknya. Jasa matematika dalam keseharian kita tak mampu kita membalasnya. Kehadiran matematika dalam interaksi kita sehari-hari sangat diperhitungan dan diperlukan, walau kita seolah berada di balik topeng dan tak mau mengakui kontribusinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun