Seperti yang saya tulis pada artikel singkat sebelumnya, bahwa salah satu penyebab seseorang bersikap fanatik terhadap sesuatu atau tokoh-tokoh tertentu, adalah karena ia tidak mau membuka dirinya (tertutup). Ya, apa pun yang datang dari luar akan sulit masuk ke dalam diri jikalau seseorang menutupi dirinya. Walaupun yang datang dari luar adalah suatu kebenaran, tidak akan bisa masuk ke dalam diri seseorang manakala ia tidak mau membuka dirinya untuk menerima kebenaran yang dimaksud.
Inilah salah satu efek bilamana seseorang terlalu fanatik dengan sesuatu atau orang-orang tertentu. Tidak baik memang, menurut saya, bila terlalu fanatik terhadap sang idola. Apalagi sampai "berdarah-darah" membelanya walau melakukan suatu kesalahan.
Kehidupan bermasyarakat akan semakin tenteram dan harmonis bila di antara anggota masyarakat tersebut saling menghargai, mau membuka diri untuk belajar dari mana saja dan berbagai sumber, dan tidak terlalu fanatik terhadap orang-orang tertentu. Permusuhan dan pertikaian antargolongan tidak akan terjadi, manakala di antara golongan tersebut mau menerima perbedaan di antara sesama.
Menurut saya, munculnya berbagai konflik, permusuhan, saling mem-fitnah, saling membenci antarsesama, dan hal negatif lainnya, salah satu penyebabnya adalah karena saling mempertahankan argumen yang belum tentu benar, baik yang bersumber dari dirinya maupun dari sang pujaan atau idolanya. Sekali lagi, terlalu fanatik dan mengidolakan sang idola secara berlebihan bisa menimbulkan efek yang tidak baik, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
Untuk itu, agar tidak terlalu fanatik dan memuja secara berlebihan terhadap sesuatu atau orang-orang tertentu, maka silakan membuka diri selebar-lebarnya. Siap menerima perbedaan, kebenaran dan berbagai masukan yang berasal dari lingkungan luar merupakan solusi agar kita tidak terlalu fanatik dan "menghamba" kepada sang idola. Ya, dengan banyak belajar dari orang-orang yang berbeda dan beragam sumber maka wawasan kita akan semakin luas dan bertambah, sehingga kita semakin berdewasa dalam berucap, berbuat, dan menyikapi berbagai persoalan hidup.
 Wallahu a'lam.
Oleh: Gunawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H