Agar kebenaran bisa masuk dalam diri kita, maka jalan keluarnya adalah kita harus mau membuka diri. Kebenaran yang datang dari luar akan mudah diterima oleh seseorang bilamana orang yang dimaksud tidak menutupi dirinya, siap menerima perbedaan yang ada. Dan juga, kebenaran yang datang dari luar (tokoh lain) akan mudah masuk dan diterima oleh seseorang manakala ia tidak terlalu fanatik terhadap tokoh-tokoh tertentu yang diidolakannya.
Sikap merasa diri benar, dan yang lain salah, inilah salah satu yang membuat hidup kita tidak bisa harmonis. Merasa diri benar dan orang lain yang berseberangan dengannya selalu salah, adalah sikap yang seharusnya tidak boleh kita pelihara. Sebab, itu sudah menunjukkan kita sebagai orang yang sombong. Apakah kita mau menjadi teman Iblis?
Kita harus banyak belajar, agar kita semakin berdewasa dalam menyikapi segala sesuatu. Belajar dari banyak sumber, jangan hanya dari satu sumber, apalagi kalau satu sumber yang dimaksud hanya pada yang diidolakan. Semakin banyak referensi atau sumber belajar yang dipelajari maka wawasan kita akan semakin bertambah, sehingga menjadikan kita semakin bijak dan arif dalam menyikapi setiap perbedaan. Bila kita banyak belajar dan juga dari sumber yang beragam, maka sikap fanatik atau "memuja" tokoh-tokoh tertentu pastinya tidak akan terlalu berlebihan.
Sekali lagi, menurut saya, keengganan belajar dari berbagai sumber (di luar yang diidolakannya), itulah yang menyebabkan seseorang sulit menerima masukan dan kebenaran yang datang dari luar idolanya. Jika hal itu sudah melekat pada diri seseorang, maka tinggal lihat saja efek sampingnya. Bukan tidak mungkin ia akan menyerang orang-orang yang berseberangan dengannya dengan kata-kata yang kurang enak didengar, senang menghujat orang lain, senang menebar kebencian, menebar berita hoax, dan lainnya. Bukankah hal yang seperti ini adalah sesuatu yang negatif dan tidak baik?
Oleh karena itu, berpikir dan berhati-hatilah sebelum kita bertindak dan berucap. Jangan sampai kita menjadi orang yang terlalu fanatik terhadap sesuatu atau tokoh-tokoh tertentu, apalagi sampai tidak mau mengakui kebenaran yang datang dari luar tokohnya, misalnya. Pokoknya, jangan terlalu fanatiklah. Lebih baik hiasi diri dengan banyak belajar dari berbagai sumber (walau itu berseberangan dengan kita), agar kita semakin berdewasa dalam menyikapi berbagai persoalan. Justru dengan hanya belajar dari satu sumber (hanya dari tokoh idola saja), itulah yang membuat kita semakin sempit dalam berpikir. Bukankah ilmu Tuhan itu luas dan tidak hanya terdapat pada satu sumber saja?
 Wallahu a'lam.
Oleh: Gunawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H