[caption id="attachment_60796" align="alignright" width="298" caption="Peluncuran album lagu ketiga Presiden RI di TIM, Minggu (24/1)/Admin (Puri Yuanita)"][/caption] “Meskipun berat mesti kulakukan .Kupilih jalan yang kuyakini .Jangan paksakan yang tak kan mungkin. Hidupku mesti lurus dan benar. Seribu jalan menuju Roma. Entah mana yang paling baik .Ada begitu banyak pilihan .Engkau lah yang kan menentukan. T'lah kupilih jalanku sendiri .Dalam prinsip kehidupanku. Meski tak selalu akan indah ...aku yakin sampai di sana” by Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Begitulah lirik lagu “Kuyakin sampai di sana”, dari album ketiga Presiden SBY yang dirilis pada hari minggu 24 Januari lalu. Lagu yang dinyanyikan oleh Rio Febrian tersebut nampaknya menjadi lagu andalan karena dijadikan sebagai judul album. Presiden SBY sendiri tak hadir di acara launching album ketiganya itu namun menitipkan pesan bahwa 9 lagu dalam album tersebut menggambarkan suasana batinnya saat ini.
Lantas suasana batin seperti apakah yang mendorong lahirnya lagu “Ku Yakin Sampai di Sana” itu? Saya yang bukan pakar politik (hanya pernah kuliah di Fisipol UGM itupun IP-nya 2 koma), menangkap pesan kuat bahwa lagu tersebut menjadi jawaban SBY atas wacana pemakzulan yang berhembus liar di ruangan Pansus Century. Presiden SBY yakin tampuk kekuasaannya takkan goyang hingga “sampai di sana”, sampai di penghujung akhir jabatannya.
Seni (lagu) memang selalu menjadi wahana yang efektif bagi siapapun untuk menyuarakan pendapatnya.Catat saja bagaimana para seniman mengkritik pemerintah melalui lagu ketika saluran kritik yang lain telah mampat. Iwan Fals pernah menyindir DPR yang bisanya cuma koor setuju, menyindir pemerintah yang tak sanggup menyejahterakan rakyatnya sampai-sampai tak mampu lagi beli susu. Slank pernah “memaki” politisi yang hanya seperti tong kosong yang nyaring bunyinya. Nah…sekarang Presiden SBY menggunakan lagu untuk menghajar dengan halus lawan-lawan politiknya.
Seperti yang sudah-sudah, para lawan politiknya pasti akan bereaksi dengan lontaran pernyataan yang tak jauh dari :”masak ketika kondisi negeri yang karut marut presiden masih sempat-sempatnya bikin lagu. Masak ketika semua orang dipusingkan dengan skandal Bank Century, presiden masih sempat-sempatnya mengarang lagu?”. Yach…hanya sebatas itulah para lawan politik Presiden SBY bereaksi tanpa bisa mencegah meluasnya peredaran lagu tersebut melalui jaringan politik Presiden SBY. Presiden SBY bisa menyampaikan pesan-pesan politiknya kepada masyarakat lewat lagu-lagu karyanya tanpa bisa direcoki oleh lawan-lawan politiknya. Kalau anggota pansus century bisa berteriak keras mengkritik pertemuan Presiden SBY dengan 7 lembaga tinggi negara di Bogor sebagai tindakan yang tidak etis, sekarang mereka pasti tak bisa melakukan hal yang sama terhadap album Presiden SBY…satu –kosong untuk SBY.
Ujung-ujungnya citra SBY yang sempat merosot ditengarai secara sistemik akan meningkat lagi. Patut diduga peredaran album tersebut memang ditujukan untuk memperbaiki citra Presiden SBY yang mulai terpuruk. Wah kalau begini caranya….para lawan politik Presiden SBY harus mulai dari sekarang untuk belajar bikin lagu sebagai jawaban atas album Presiden SBY. Dulu Betharia Sonata pernah amat terkenal dengan lagu “Hati Yang Luka”, nah setelah itu muncul lagu “Jawaban Hati Yang Luka” yang dinyanyikan oleh Obie Mesakh. Wah suhu politik Indonesia pasti akan memanas namun menarik untuk dilihat kalau para lawan politik Presiden SBY merilis lagu “Jawaban Kuyakin Sampai di Sana”. Judul lagunya bisa dicari-cari dari sekarang. Bagaimana kalau saya usulkan “Gua nggak yakin Lu Sampai di Sana”?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H