Mohon tunggu...
Gunawan AjiSantoso
Gunawan AjiSantoso Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Saizu Purwokerto

Official account publikasi Karya salah satu Mahasiswa UIN Saizu Purwokerto

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Selalu Bersyukur

27 Juni 2022   18:51 Diperbarui: 27 Juni 2022   19:38 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sudah sewajarnya diri ini merasa cukup dan berterimakasih untuk segala nikmat yang diberikan oleh yang maha kuasa. Aku selalu berusaha belajar bersyukur dengan apa yang terjadi setiap harinya, dan ibuku selalu mengajariku tentang pentingnya bersyukur.

"Aji, meskipun kita hidup dengan serba kekurangan, jangan lupa bersyukur atas apa yang terjadi pada diri kita dan pasri yang maha kuasa memiliki takdir yang baik kalau kita terus bekerja keras. Karena orang bersyukur insyallah akan diberikan nikmat yang melimpah oleh yang maha kuasa." kata ibu waktu itu.

Tepat pada hari ini, aku merasa lelah dengan apa yang terjadi padaku. Dimulai dari tadi pagi, aku jalan kaki menuju sekolah dengan jarak 4 kilometer jauhnya. Kemudian disusul oleh ejekan teman-teman ku dikelas. Kerap kali aku merasakan bahwa setiap kali mengucap syukur selalu bermuara hampa.

"Mana nikmat yang datang setelah bersyukur?" gumamku dalam hati.

Kemudian aku kembali menemui ibu, seseorang yang paling aku turuti dibumi ini. Sesampainya dirumah, ibu kembali menasihatiku sampai aku tersadar, bahwa bersyukur bukan hanya lewat ucapan saja tetapi juga menggunakan hati dan perasaan.

"Kita tidak bisa mengucapkan syukur dengan kata-kata saja, tetapi juga dalam hati nurani. Dan dengan bersyukur, masalah yang kita hadapi akan terasa ringan, karena kita mengerjakan masalah tersebut dengan ikhlas dan tanpa adanya rasa keluh kesah dalam diri kita." Ucap ibuku sambil duduk di halaman rumah.

"Lalu, apa yang harus aku lakukan agar bisa bersyukur dengan benar?" tanyaku

"Bersyukur itu butuh makna yang dalam, agar tak hanya sebuah kata-kata, seperti ungkapan kita terhadap kerendahan dan kebesaran yang maha kuasa. Dengan begitu, saat kita mengucap syukur hati kita merasa damai dan bahagia." Jawab ibuku sambil mengusap kepalaku.

Setelah mendengar ibu, aku mengerti apa yang harus aku lakukan agar rasa syukur ini tidak hanya sebatas kata-kata, yaitu dengan ikhlas dan menerima dengan sepenuh hati apa yang terjadi pada diriku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun