Mohon tunggu...
Guna Svara
Guna Svara Mohon Tunggu... -

"life is about signs, hidup adalah tentang membaca tanda-tanda...."

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Siapa Sesungguhnya yang Berbohong?

4 Juli 2014   06:20 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:33 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mbah Sepuh sudah beberapa minggu ini galau. Betapa tidak stok kain sarung dan blankon simpanannya kini semakin menurun drastis.Entah hilang kemana, kata istri-istriya. Setiap di cuci dan dijemur pasti jumlahnya berkurang. Padahal Mbah Sepuh paling membanggakan koleksi blangkon dan sarungnya ini. Kalo terus begini Mbah Sepuh bisa kehilangan kesaktiaannya. Konon, salah satu kesaktian Mbah Sepuh ini memang ada di kebutan kain sarungnya. Sekali kebut orang bisa linglung, dua kali kebut orangjadi bingung, berkali-kali dikebut orang bisa semaput tak sadarkan diri. Maklum sarungnya ini mampu menyimpan aroma-aroma magis. Mbah Sepuh khawatir bila sarung dan blankon miliknya saja bisa dicuri, apalagi barang-barang milik warga padepokannya. Ternyata padepokan ini sudah bocor, pikir Mbah Sepuh, sudah disusupi pencuri dari luar.

Penanggung jawab rumah tangga padepokan Mbah Sepuh, Ki Enom dianggap oleh sebagian besar warga padepokan sebagai yang harus bertanggung jawab. Mereka berpendapat begitu karena Ki Enom itu adalah mantan saingan Mbah Sepuh saat memperebutkan padepokan itu dulu. Selain itu, Ki Enom pun memang sering mengkritik secara terbuka segala kebijakan Mbah Sepuh. Tentu saja Ki Enom tidak terima di tuduh demikian. Dia balik menatang orang yang menuduhnya untuk membuktikannya. Tapi para penuduh tetap tidak mempercayainya, walaupun tak sanggup menunjukan bukti apapun.

Anak kedua si Mbah Sepuh, Ki Loro paling semangat untuk meminta agar Ki Enom diperiksa. Dia selalu mengatakan, bahwa tidak ada yang ‘bocor’ ke luar, yang ada adalah penghianat yang ingin menguasai kesaktian Mbah Sepuh. Ki Loro memang sudah sering meminta pada Mbah Sepuh agar Ki Enom diganti dengan dirinya, karena dia yang paling menyayangi si mbah dan selalu mendukung semua kebijakan si mbah. Ki Loro yang menjabat sebagai kepala keamanan padepokan selalu menjamin, kalau tidak mungkin ada yang ‘bocor’ sampai keluar. Dia paling alergi bila ada yang bilang ‘bocor’, karena sama saja meremehkan kemampuannya menjaga padepokan.

Suasana padepokan yang damai berubah menjadi panas. Muncul kelompok-kelompok yang saling tuduh, dan saling membela diri. Akhirnya Mbah Sepuh menyepi untuk mencari wangsit. Mbah Sepuh seorang yang arif dan bijaksana, dia tidak akan menuduh atau membela siapa pun sebelum ada bukti yang nyata. Selain itu walau sakti mandraguna, kesaktian Mbah Sepuh ini tetap terbatas. Mbah Sepuh tidak punya ilmu melihat dan menangkap pencuri. Kalau saja bisa tentu saja Mbah Sepuh sudah lama direkrut KPK menjadi staf ahli. Mbah Sepuh pun tidak sanggup melihat siapa yang berbohong, karena Mbah Sepuh yang dididik dan selalu mendidik kejujuran, tidak pernah sanggup menguasai ilmu kasaktian berbohong. Karena ilmu kesaktian berbohong adalah ilmu yang paling sulit dilawan.

Setelah beberapa hari menyepi, akhirnya Mbah Sepuh mendapat solusi untuk menangkap siapa sesungguhnya berbohong. Tidak perlu kesaktian, cukup dengan trik sederhana. Maka dia pun minta semua warga tanpa kecuali untuk berkumpul di alun-alun.

Mbah Sepuh: “ Sekabehe, uwis ojo podo gegontokan, sing rukun. Mbah memang ora bisa nangkep pencuri dan siapa yang berbohong, tapi Si Item kuda kesayangan mbah inilah yang bisa…”

Hadirin:“ Loh gimana mbah caranya? Kok pake kuda mbah?”

Mbah Sepuh: “ Yo wis, nurut saja karo mbah “

Kemudian Mbah Sepuh minta si Item kuda jantan kesayangannya dikeluarkan dari kandang dan minta dibuatkan bilik tertutup yang ukurannya cukup untuk kuda dan satu orang. Setelah semuanya dipersiapkan, Mbah Sepuh masuk kedalam bilik dan tak berapa lama keluar lagi. Semua yang hadir masih belum paham apa yang akan dilakukan Mbah Sepuh ini. Dengan suara menggelegar dan mata melotot Mbah Sepuh menjelaskan :

Mbah Sepuh:“Silakan nanti kalian satu persatu masuk kedalam dan mengusap ekor si Item. Siapa pun yang berbohong, dan telah mencuri barang-barang mbah, maka si Item akan langsung mendepak dengan kaki belakangnya hingga terjengkang keluar dari bilik dengan kepala bocor !”

Begitulah, semuanya secara bergiliran masuk kedalam bilik. Tanpa kecuali, termasuk istri-istri mbah, Ki Enom, Ki Loro, dan semua pejabat padepokan lainnya. Setiap selesai masuk, Mbah Sepuh yang menunggu di luar menyalami mereka yang lolos tidak didepak oleh si item. Hingga semuanya selesai, ternyata tidak ada satu pun yang kena depak si item. Semua hadirin merasa lega. Mereka jadi yakin kalau ternyata pelaku adalah orang luar, bukan dari dalam padepokan.

Tapi ternyata berbeda dengan Mbah Sepuh, dia malah terlihat marah besar campur sedih. Dengan suara parau menahan amarah Mbah Sepuh berkata :

Mbah Sepuh: “Mbah sudah tahu siapa sesungguhnya yang selama ini berbohong…!!!”

Hadirin: “Tapi mbah, kami semua kan tidak ada yang didepak si Item…?”

Mbah Sepuh kemudian meminta Ki Loro untuk maju kedepan.

Mbah Sepuh: “Inilah orang yang selama ini telah berbohong pada kita semua…!”

Ki Loro terkejut dan langsung protes .

Ki Loro: “Mbah, kok mbah tega menuduh saya…! Ananda lolos tidak didepak si Item, kenapa mbah malah nuduh ananda…?”

Mbah Sepuh: “Dengarkan. Sebelum kalian masuk ke bilik, mbah sudah masuk dan terlebih dahulu melumuri minyak ke ekor si Item. Semua yang masuk dan benar-benar mengusap ekor si Item akan basah tangannya oleh minyak. Mbah periksa dengan pura-pura menyalami kalian. Semuanya basah kena minyak, hanya tangan Ki Loro saja yang kering. Berarti dia tidak benar-benar mengusap ekor si Item, karena dia takut didepak oleh si Item. Berarti memang dia ingin berbohong. Ngerti kabeh ?”

Semua mengangguk-angguk paham dan kagum dengan kecerdikan Mbah Sepuh. Akhirnya mereka mengerti siapa yang selama ini berbohong, mereka pun akhirnya saling berpelukan, juga mendatangi dan menyalami Ki Enom minta maaf. Dan tanpa dikomandoi mereka melempari Ki Loro dengan apa saja sampai babak belur. Mbah Sepuh mencoba menghentikan walau agak telat. Ki Loro sudah bocor-bocor kepalanya.

Mbah Sepuh: “Wis,..Wis, ojo ngene…cukup!”

Seperti biasanya Mbah Sepuh menyampaikan petuah-petuahnya:

“Ingatlah orang yang selalu memuji-muji kita sesungguhnya orang yang tidak perduli dengan kita, dia hanya berharap kita mau memberi apa yang dia mau. Padahal yang paling sulit adalah menemukan kesalahan diri. Orang lain lah yang biasanya mampu melihat kesalahan kita, hanya apakah dia akan jujur mengatakannya, atau justru menyembunyikannya. Itulah sebabnya Mbah lebih suka di dampingi orang yang pernah membenci mbah, karena dia pasti akan lebih kritis melihat kesalahan mbah daripada orang yang terus-menerus memuji-muji. Banyak memuji-muji orang lain biasanya banyak berbohong. Hari ini kita semua telah melihat contohnya. Inget sebaik-baiknya memuji hanyalah memuji-Nya, hanya Tuhanlah yang layak kita puji.“

Demikianlah, atas segala perbuatannya Ki Loro akhirnya dihukum menjadi tukang bersih kandang kuda padepokan di sisa umurnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun