Mohon tunggu...
Guna Svara
Guna Svara Mohon Tunggu... -

"life is about signs, hidup adalah tentang membaca tanda-tanda...."

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Akun Kloningan, untuk Menjebak Suami yang (Diduga) Selingkuh

5 April 2014   15:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:03 904
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selingkuh itu asyik dan menantang kata sebagian (besar) orang, dan sakingmenantangnya maka selingkuh bisa dikategorikan sebagai jenis petualangan eXtrim. Sehingga, saking eXtrimnya, bagi para pelakunya yang sudah sampai di level puncak layak mendapatkan tato penghargaan triple X dileher atau jidatnya. Butuh keterampilan khusus untuk melakukannya, ya…paling tidak menguasai dasar-dasar ilmu ninja digabung dengan ilmunya agen 007. Tapi ada pepatah mengatakan, sepandai-pandai buaya melompat tetap tidak akan jauh juga lompatannya.

Ini kisah sepasang suami istri. Kebetulan sang istri adalah teman sekantor saya, sedang suaminya bekerja di tempat lain. Sebutlah si Eneng dan kang Dudung. Kami bertiga sudah lama bersahabat, karena sama-sama dari satu almamater. Selain itu kami pun sama-sama kompasianer, hanya kang Dudung satu tahun lebih awal dari kami, dia yang ngajak Eneng bergabung.Saya bergabung saat Fatin XFI ramai jadi pembicaraan dunia maya.

Kisahnya bermula ketika si Eneng datang keruangan saya dan mengajak makan siang di kantin sambil membicarakan sesuatu. Dia ingin curhat tentang suaminya, kang Dudung.

“Mas Gun, Eneng curiga kalo kang Dudung tuh udah punya selingkuhan di kompasiana, “ si Eneng mulai membuka pembicaraan. Dan saya agak terkejut mendengarnya. “Ah, masa sih neng?” Tentu saja saya kurang percaya kalau si Dudung bakal mau selingkuh. Kurang apa si Eneng, pintar, dan cantik+4M (molek, montok, dan mateng mangga). Si Eneng, di kampus dulu terkenal dengan kecantikannya yang setingkat dewi, menjadi rebutan seantero kampus dan sekitarnya. Namun bertekuk di lututnya kang Dudung, yang kutu buku dan juga kutuan (waktu itu, maklum anak kost). Memang kang Dudung ini terkenal dengan syair-syairnya yang sering mejeng di media kampus. Syair-syair yang mampu melambungkan gadis-gadis kampus ke awang-awang, termasuk si Eneng. Saya juga hobby bikin puisi, namun tidak sehebat kang Dudung. Dulu saya termasuk yang ngarepi si Eneng ini, tapi apa daya cinta telah (salah) memilih.

“Hampir tiap malam kang Dudung keluar kamar tidur sambil bawa laptopnya, biasanya ndak gitu.” Eneng melanjutkan, sambil melahap gado-gado betawi. Heran saya, ini mau curhat apalagi kelaparan. Tapi mungkin begitu ya kalau wanita sedang galau. Saya coba menghiburnya

“Mungkin dia tidak mau ganggu tidur kamu Neng, kasian liat kamu kecapean…”

“biasanya dia nulis di tempat tidur, di samping eneng.” Jawab Eneng, “Kang Dudung selalu bilang, kalo liat Eneng tidur, inspirasinya selalu muncul, apa lagi kalo liat bibir Eneng yang menyat-menyot waktu tidur…”

“mungkin penyakit lama kang Dudung kambuh pengen nge-rokok, Neng ?”

“ndak mungkin, pasti baunya kecium….!..Udah gitu, kan selalu Neng ancem, kalo berani-berani ngerokok, bakalan neng kasih PHK. “

“PHK apa Neng…?”

“Iya, PHK, Pemutusan Hubungan di Kasur…..tiga bulan penuh…”

He.he.he, si Eneng nih gampang banget ngomong, kayak dia bakal kuat aja nahannya. Saya cepat-cepat menghibur dia, dari pada dia minta nambah gado-gado lagi.

“Itukan cumadi kompasiana, hanya dunia maya…ndak usah khawatir Neng.”

“Mas Gun, sekarang kan semuanya gitu, awalnya dari mata lama-lama turun ke keyboard, lalu naik lagi kemana-mana udah gitu baru ‘naik turun’. Neng udah anggep ini status siaga satu, ndak bisa dipandang pake mata bajak laut lagi…!”

“Apa kamu sudah coba tanyakan ke kang Dudung, Neng?”

“Aduh, susah mas…, kang Dudung selalu ngejawab pake puisi, Eneng nggak tahan. Kayak gini mas: ‘ Eneng dikaulah mutiara terbesar di dunia ini, kilaumu kalahkan kilau cahya mentari dan ribuan bidadari, tak mungkin daku mampu berpaling dari mu’…..”

“udah gitu kalo lagi berpuisi, kang Dudung pasti sambil ngelepas sarung….Eneng kan tambah gak tahan…mas Gun”

Terpingkal-pingkal saya dengar semua ocehan si Eneng ini. Dia memang pinter ngomong, ceplas-ceplos kayak telor ceplok, lucu. Siapa pun pasti gemes kalau dia sudah ngoceh. Sayangnya dia males nulis. Kalau saja dia mau rajin nulis di kompasiana, mungkin bisa jadi Bude Kartononya kompasianer kondang, Pakde Kartono.

“Ya, udah gini aja Neng…biar kamu gak terus penasaran. Kamu bikin aja akun kloningan buat mancing kang Dudung,….ntar artikelnya saya yang nulis. Bikin pertemanan dengan akun kang Dudung...”

Si Eneng setuju. Kami pun sepakatakundan PP-nyasi Enengyang buat. Begitulah setelah pembicaraan yang menghabiskan 3 piring gado-gado, 1 gelas jus alpukat, 2 botol teh botolan, dan 3 hari jatah makan siang saya, kami pun kembali ke ruang masing-masing. Saat ada waktu, saya pun segera tulis beberapa puisi romantis dan langsung saya emailkan ke si Eneng. Di email balasan si Eneng memberi tahu nama akun kloningannya.

Esok harinya saya cek akun kloningan Eneng, ternyata sudah aktif dan ada satu tulisan tayang. Luar biasa jumlah pengunjungnya hingga 450 an, dengan komentar sampai 50 an lebih, vote hingga 14, dan nangkring di kolom terinspiratif. Jumlah pertemanan saja sudah lebih dari 100 orang. Cepet banget. Namun yang menghebohkan saya adalah foto profile nya, wajah seorang gadis manis, lebih manis dari si Eneng. Saya merasa akrab dengan wajah ini. Tapi siapa ya? Penasaran, saya langsung telpon si Eneng.

“Mas Gun, itukan foto Imah, anak ibu kantin. Eneng liat kemaren mas Gun selalu curi-curi pandang ke si Imah, jadi Eneng pikir bagus kalo dijadiin PP… Neng ngambil fotonya pake hp ” Jeli juga si Eneng ini. Begitulah, rencana terus berjalan hingga beberapa minggu. Belum ada tanda-tanda geger. Bahkan semakin hari Eneng terlihat semakin ceria seakan sudah lupa dengan kegalauannya itu. Bila bertemudia tidak menyingung-nyinggung masalah itu lagi. Hanya tetap minta dibuatkan tulisan dan minta saya mengunjungi akun kloningannya.

Puisi yang saya buat memang kalah jauh di banding puisi-puisi DP Anggi yang sering HL`, atau pun puisi-puisi mahabahnya Dewi Pagi yang selalu bikin heboh di kompasiana. Namun saya heran puisi-puisi saya yang dipajang di akun koningan si Eneng justru selalu ramai dikunjungi dan di vote. Padahal kalau di lapak saya paling banter 30 orang yang ngelirik, dan vote paling tiga bijian. Mungkin karena PP nya dan juga cara si Eneng nanggapi komentar. Lucu, cerdas, dan menggemaskan.

Eneng pun sangat menikmati akun kloningannya itu, bahkan dia mulai buat tulisan sendiri. Topik-topiknya sederhana, tapi disajikan dengan cara jenaka.Dari masalah arisan sampe ke masalah warisan. Dia lebih leluasa menjadi si Imah. Jadilah akun kloningan si Eneng primadona baru di kompasiana.

Setelah satu bulan berjalan, saya anggap masalah si Eneng sudah selesai karena kang Dudung belum terbukti selingkuh, dan si Eneng pun sudah tidak mempermasyalahkannya lagi. Namun muncul masalah baru, ketika di suatu sore saat saya bersiap pulang. Tiba-tiba seluler saya berdering, ternyata kang Dudung. Dengan nada suara agak sedih dia minta waktu untuk bicara. Ternyata dia ingin curhat.

“Gun, daku curiga kalo si Eneng tuh udah punya selingkuhan di kompasiana. “

“Hampir tiap malam si Eneng keluar kamar tidur sambil bawa laptopnya, biasanya ndak gitu.”

Kok jadi gini. Saya jadi garuk-garuk kepala yang emang ketombean. Akhirnya saya pun ceritakan tentang curhat si Eneng sebelumnya, yang mengira kang Dudung selingkuh. Tapi tidak saya ungkap tentang akun kloningannyasi Eneng.

“Gun, tidak mungkin daku selingkuh dari si Eneng…diakan belahan jiwa daku. Memang dulu daku masih bisa nulis di kamar tidur di samping Eneng, tapi lama kelamaandaku tak tahan,…”

“Loh kenapa Dung ?

“Eneng kan kalo tidur ngorok…..!”

“………..????!!!!!!!!!!..”

(Ooo, jadi itu sumber masalahnya. Dasar ..… Eneeeeeeeeeeeeng…!)

Pojokan Bekasi, 1 April 2014

-------jUsTApRil MoP-------

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun