Mohon tunggu...
Guna Svara
Guna Svara Mohon Tunggu... -

"life is about signs, hidup adalah tentang membaca tanda-tanda...."

Selanjutnya

Tutup

Politik

Hati-hati Jika Golput, Anda bisa Dianggap Pemeras

16 Maret 2014   22:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:52 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam pesta demokrasi mendatang muncul banyak kemungkinan partisipasi masyarakat dalam menghadapinya. Salah satu pilihan sikap adalah tidak mengunakan hak suaranya dalam pemilu. Kelompok yang biasa disebut sebagai golongan putih atau golput.

Golput sepertinya sudah hampirjadi pilihan utama sebagian besar masyarakat dalam pesta demokrasi saat ini. Kekecewaan pada prilaku para pemimpin, para wakil rakyat, atau pun para pejabat, menjadikan pilihan golput sebagai bentuk protes yang paling tepat bagi mereka.Saat ini belum ada larangan golput, belum ada peraturan yang menegasan untuk melarang golput.

Salah satu pertimbangan mereka memilih golput adalah munculnya anggapan bahwa sistem pemilu yang digunakan dianggap tidak mampu memunculkan sosok-sosok yang mampu membuat perubahan. Sistem pemilihan yang dianggap tidak dapat dipercaya. Serta adanya kekecewaan terhadap sistem politik yang berkesan hanya sebagai alat untuk melegalkan kejahatan.

Namun apa pun alasan Anda untuk golput, Anda juga harus bersiap menghadapi kemungkinan kalau sikap pilihan Anda itu bisa merugikan Anda suatu ketika. Karena bila dikatakan masyarakat sekarang sudah cerdas ini sudah pasti meliputi masyarakat secara umum dan juga masyarakat yang memiliki posisi tertentu di negara, seperti anggota legislatif, atau pun pemimpin sebagai hasil dari pemilu. Artinya, semuanya sama-sama telah mampu belajar dari pengalaman-pengalaman sebelumnya.

Anda harus siap dengan segala kemungkinan dari pilihan golput Anda. Bisa jadi pilihan golput Anda justru membuat Anda tidak mampu membantu memperbaiki sistem, mungkin akan jadi bumerang bagi Anda. Berikut ilustrasi yang bisa jadi bahan pertimbangan kita semua.

Sebuah pertemuan warga di suatu daerah mengundang seorang anggota dewan yang kebetulan juga menjadi warga di tempat itu. Pertemuan itu membicarakan tentang rencana pembangunan jalan beton untuk memperbaiki jalan yang melintasi daerah itu. Pembicaraan yang bermula hanya membahas tentang pembentukan panitia akhirnya berubah menjadi acara penuntutan janji si anggota dewan yang dimotori seorang tokoh pemuda. Berikut ilustrasi dialognya:

-PEMUDA : "kita tidak perlu bikin panitia-panitian. kan ada anggota dewan, kita tagih saja janjinya dulu waktu kampanye. "

-ANGGOTA DEWAN : "Saya akan bantu secara pribadi semampu saya. Dan saya akan upayakan bantuan dari daerah sesuai prosedur. Untuk itu kita perlu membuat proposal ini."

-PEMUDA :" ya, proposal itu diperlukan untuk cari tambahan dana. Tapi bapaklah yang harus bertanggung jawab terhadap semua pembangunan ini. Kami sudah memilih bapak, sekarang gantian bapak penuhi janji bapak. Mana janjinya ?"

-ANGGOTA DEWAN :"benar saya berjanji membantu, tapi tidak sepenuhnya untuk membangun jalan ini. Saya akan membantu secara pribadi ,bukan karena fungsi saya sebagai wakil rakyat. Dan, sesuai kapasitas saya sebagai wakil rakyat saya akan meminta perhatian pada pemda."

-PEMUDA :" jadi yang membangun jalan ini pemda ?"

-ANGGOTA DEWAN :"ya, dan dengan swadaya masyarakat ..."

-PEMUDA :"enak betul bapak tinggal ongkang-ongkang kaki saja. Saya menyesal telahmemilih bapak, dan saya akan ajak pemuda di sini berdemo menuntut janji bapak !"

-ANGGOTA DEWAN :"Saudara tidak pernah memilih saya, mengapa saudara menuntut janji saya, dan saya bisa balik menuntut saudara karena saya anggap berusaha memeras saya?!"

-PEMUDA :"gampang sekali bapak bilang saya tidak memilih bapak."

-ANGGOTA DEWAN :"tentu saja, bagaimana akan memilih saya, jika saudara tidak hadir saat pemilihan ? Nama saudara tidak ditandai di daftar hadir pemilih.....!"

Itulah ilustrasi betapa jadi terbatasnya Anda bila memilih golput. Golput berarti Anda tidak hadir di acara pemilihan. Itu akan bisa dibuktikan dari daftar hadir pemilih.

Jadi, gunakan saja hak Anda untuk hadir di tempat pemilihan. Ikuti aturannya, kemudian masuk kebilik suara. Selanjutnya terserah Andamau melakukan apa saja di dalamnya.

Janganlah jadi golput,janganlah seperti harimau yang mencabuti taring dan kukunya sendiri, sehingga hanya bisa mengaum keras dan mengancam tapi tak bisa berbuat apa-apa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun